Showing posts with label Kicauan Pak SBY tentang naiknya nilai Tukar Rupiah. Show all posts
Showing posts with label Kicauan Pak SBY tentang naiknya nilai Tukar Rupiah. Show all posts

Kicauan Pak Sby Wacana Naiknya Nilai Tukar Rupiah

Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah - Hai sobat BLOGGER JEMO LINTANK Sudah tahu kan gosip ihwal naiknya nilai tukar rupiah, pak SBY berkomentar nih ihwal naiknya nilai tukar rupiah, berikut kicauan pak SBY ihwal naiknya nilai tukar rupiah .

Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah
Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah


Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah

Saya tetap mengikuti perkembangan situasi di tanah air, termasuk terjadinya gejolak ekonomi jawaban jatuhnya nilai rupiah akhir-akhir ini.

Saya juga mencermati perbincangan masyarakat terhadap duduk kasus ekonomi terkini, termasuk sejumlah pernyaatan pihak pemerintah.

Memang yang paling gampang ialah mencari "kambing hitam", atau harus ada pihak yang disalahkan, terutama terkait jatuhnya rupiah kita.

Selain alasan-alasan lainnya, seorang pejabat pemerintah juga menuding bahwa semua ini jawaban kebijakan pemerintahan SBY yang salah.

Atas tudingan ini, saya minta kepada siapapun yang bersama saya 10 tahun di pemerintahan harap bersabar. Tak perlu ikut menuding kesana kemari.

Menyalahkah orang lain tak akan menuntaskan persoalan. Itulah pelajaran yang saya petik selama dulu memimpin negeri ini.

Saya tak akan lupa, jasa para Menteri, Gubernur, Ekonom, Pebisnis dan lain-lain, yang amat sering bersama saya mengatasi duduk kasus ekonomi.

Termasuk kebersamaan kita, siang dan malam mengatasi gejolak minyak dunia tahun 2005 dan 2008, dan mengatasi krisis global tahun 2008 dan 2009.

Atas keputusan, kebijakan dan tindakan yang kita lakukan - tanpa menyalahkan orang lain - Alhamdulillah kita bisa selamatkan ekonomi kita.

Terimalah ucapan terima kasih saya & tetaplah bersabar bila apa yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh dulu, sekarang dengan gampang disalahkan.

Jika ada yang salah dengan kebijakan pemerintahan SBY, semua itu tanggung jawab saya. Saya tak akan pernah menyalahkan yang lain.

Biarlah Tuhan & rakyat yang menilai, apa yang kita lakukan & ikhtiarkan untuk mengatasi duduk kasus bangsa di masa pemerintahan saya dulu.

Prinsip kepemimpinan yang saya anut - pantang menyalahkan baik pendahulu maupun pengganti saya. Tabiat menyalahkan tak baik & tak arif.

Saya juga tak suka menyalahkan pendahulu. Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur & Ibu Megawati, semua ingin berbuat yg terbaik untuk rakyatnya.

Dalam situasi ini, pemerintah & rakyat dihentikan saling salahkan apalagi cari kambing hitam. Selain tak etis, yang terpenting ialah solusi.

Sekarang saya ingin menyebarkan ilmu & pengalaman. Berikut bagaimana saya & para pembantu saya atasi krisis. Sebagian mengenalnya sebagai SBYnomics.

Perihal tantangan yang tidak ringan terhadap ekonomi Indonesia, telah saya sampaikan setahun yang lalu, tepatnya Oktober 2013.

Sebagai Ketua APEC tahun 2013, saya sampaikan bahwa semua "emerging economies", termasuk Indonesia, menghadapi tantangan yang berat.

Tantangan itu antara lain berupa pelambatan pertumbuhan, menurunnya nilai tukar, jatuhnya harga komoditas pertanian & mineral.

Bahkan saya sampaikan periode dolar murah sudah usai. Saya perkirakan nilai tukar rupiah kita tahun 2014 tembus Rp 12.000 per 1 dolar AS.

Saya tak pernah menjanjikan rupiah akan menguat bahkan di bawah Rp 10.000 per dolar AS, lantaran saya tahu situasi ekonomi dunia.

Nilai tukar rupiah kita dikala ini ditentukan oleh faktor "supply-demand", kebijakan moneter bank sentral AS & juga spekulasi pasar.

Tekanan ekonomi ini ada yang sifatnya global (akibat kebijakan Bank Sentral AS, turunnya pertumbuhan Tiongkok & stagnasi ekonomi Eropa).

Ada juga yg bersifat nasional, contohnya adanya defisit perdagangan & anjloknya nilai ekspor kelapa sawit, batubara & lain-lain.

Ekonomi yg kurang cerah di Tiongkok, Jepang & Eropa bagaimanapun akan menurunkan peluang ekspor & investasi di Indonesia.

Itulah sebabnya selaku Presiden saya menetapkan pertumbuhan yang realistik sekitar 5-6 %. Saya tahu situasi global, tempat & nasional.

Saya tidak menunjukkan angin surga, ekonomi kita akan tumbuh tinggi hingga 7 %. Semua negara menurunkan angka pertumbuhannya.

Saat hadiri World Chinese Economic Forum di Chongqing Tiongkok 2 ahad lalu, saya diberitahu pertumbuhan ekonomi Tiongkok hanya 7 %.

Pertumbuhan Tiongkok 7 % (biasanya 8-10 %) berdampak negatif pada perdagangan & investasi ke negara lain, termasuk Indonesia.

Saya menyadari porsi sumber pertumbuhan (growth) dari neto ekspor-impor mengalami penurunan, karenanya menjaga investasi penting.

Namun, situasi perekonomian global tetap menekan investasi di Indonesia, kendati iklim, perizinan & infrastruktur terus kita perbaiki.

Karenanya sumber pertumbuhan yang sungguh kita jaga ialah konsumsi rumah tangga & pembelanjaan pemerintah. Hasilnya lumayan.

Saya oke bahwa subsidi yang tidak tepat harus kita pangkas, Karenanya harga BBM saya naikkan tahun 2013, juga tarif listrik & gas di tahun 2014.

Penghematan anggaran juga kami lakukan dalam APBNP 2014 (sebanyak RP 43 trilyun), tetapi pembelanjaan pemerintah tetap penting.

Di kala krisis, konsumsi pemerintah (government spending) tetap penting, biar "demand" tetap terjaga & sektor riil tidak semakin menurun.

Agar daya beli rakyat, khususnya keluarga miskin tetap terjaga, kami berikan banyak sekali pertolongan pribadi biar bisa mencukupi kebutuhannya.

Ketika terjadi kenaikan harga-harga, secara moral, sosial & ekonomi pemerintah wajib membantu golongan miskin & tidak mampu.

Kebijakan subsidi memang tidak disukai oleh Neolib & ekonomi yg kapitalistik, tetapi bagi saya tetap diperlukan. Ini soal keadilan sosial.

Dengan demikian sektor riil tetap bergerak & tidak perlu ada PHK lantaran barang & jasa yang dihasilkan perusahaan tetap dibeli rakyat.

Seperti inilah kebijakan ekonomi yang kami jalankan, untuk menjaga pertumbuhan, lapangan pekerjaan & penurunan kemiskinan.

Meskipun tidak tepat tetapi kesudahannya kasatmata & ada. Pertumbuhan ekonomi kita nomor 2 di antara negara-negara anggota G-20.

Saya sadar pembangunan infrastruktur amat penting & melalui MP3EI kami alirkan ratusan triliun per tahun dari swasta, BUMN & APBN.

Kebijakan sumber pembiayaan infrastrutur ini tidak dari APBN semata, lantaran saya masih memprioritaskan pengurangan kemiskinan.

Kebijakan pembangunan infrastruktur & konektifitas kami tuangkan dlm MP3EI bersama Menteri, Gubernur, Ekonom, BUMN & Swasta.

Ekspansi ekonomi yang menjadikan kebutuhan sumber pendanaan absurd & dolar AS juga kita batasi, biar rupiah kita tak makin tertekan.

Sektor riil & ekonomi mikro penting, tetapi dihentikan mengabaikan ekonomi makro yang menjaga stabilitas & kesehatan ekonomi nasional.

Kebijakan ekonomi di periode "gejolak" juga harus mensinergikan kebijakan fiskal & moneter. Saya kordinasikan untuk tidak jalan sendiri-sendiri.

Inilah garis besar kebijakan ekonomi yang saya pilih & jalankan ketika ekonomi kita mengalami tekanan. Ada alasan & "rationale-nya".

Namun, bila kebijakan ini dianggap salah, silahkan dicari kebijakan yang lebih baik. Sepenuhnya hak Presiden Jokowi & pemerintahannya.

Kebijakan ekonomi itu sebuah pilihan, selalu ada plus & minusnya. Yang penting kesudahannya baik & rakyat mencicipi manfaatnya.

Tetapi, negara bukanlah perusahaan, mengelola ekonomi negara tidak sama dengan mengelola bisnis. Saya yakin pemerintah paham.

Kembali terhadap apa yang saya sampaikan di tahun 2013, ternyata terjadi betul. Di antaranya nilai tukar kita merosot, bahkan lebih tajam. *SBY*

Saya tetap berpikir. Dua bulan ini saya aktif berdiskusi dengan para pemimpin politik, bisnis & ekonomi, baik di tanah air maupun di luar negeri.

Saya diundang utk dimintai pandangan saya ihwal ekonomi dunia & Indonesia. Antara lain di Seoul, Hongkong, Singapura & Chongqing.

Ketika menanyakan ekonomi Indonesia tahun 2015 (outlook), saya jawab secara logis & realistik. Tetap positif, tetapi hati-hati (cautious).

Tapi saya selalu sampaikan optimisme: Presiden Jokowi & pemerintahannya akan bisa mengatasi tantangan ekonomi di tahun-tahun sulit ini.

Bagaimanapun ekonomi Indonesia jangka panjang tetap cerah. Peluang meningkatnya pertumbuhan, investasi & perdagangan juga kuat.

Kembali ke soal jatuhnya nilai tukar rupiah kita, rakyat tidak perlu terlalu panik. Pasar tidak perlu terlalu cemas. Selalu ada solusinya.

Yang penting dengan "sense of crisis" yang dimiliki, Presiden & pemerintah segera memilih solusi, "policy response" & agresi kasatmata yang jitu.

Rakyat & pasar (dalam & luar negeri) sungguh menunggu penjelasan, kebijakan & langkah-langkah cepat & tepat pemerintah.

Sekali lagi, rakyat Indonesia jangan cepat pula salahkan pemerintah. Beri Pak Jokowi kesempatan & berikan pula dukungan untuk atasi kasus ini.

Tentu saja, pemerintah pun tak perlu gemar menyalahkan pihak lain. Sejak 20 Oktober 2014 kiprah & tanggung jawab sudah berada di tangannya.

Itulah yang dulu saya lakukan. Selamat bekerja. Insya Allah Bapak & Ibu yang sedang mengemban amanah bisa melakukan & juga sukses.

Maaf, pandangan ini saya sampaikan di media sosial, tak selalu gampang masuk ke liputan media konvensional, terutama di dalam negeri.

------------------------
Itulah Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah.
*Dikutip dari akun Twitter @SBYudhoyono.Ditulis pribadi oleh SBY.

Tag : Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah, Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah, Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah, Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah, Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah, Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah, Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah, Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah, Kicauan Pak SBY ihwal naiknya nilai Tukar Rupiah