Showing posts with label sosiologi. Show all posts
Showing posts with label sosiologi. Show all posts

Pengertian Konflik Dan Perbedaan Antara Konflik Dan Kekerasan

Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan

Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan
Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan


1. Pengertian Konflik sosial

Konflik ialah pecahan dari interaksi sosial yang  bersifat disasosiatif. Konflik atau  kontradiksi diartikan sebagai suatu bentuk interaksi tyang ditandai oleh keadaan saling mengancam, menghancurkan, melukai dan melenyapkan di antara pihak-pihak yang terlibat. Konflik sanggup melibatkan perorangan maupun kelompok. Sesuai kenyataan, konflik tidak sanggup dilepaskan dari dinamika masyarakat. Hakikat masyarakat yang selalu bermetamorfosis lahan bagi munculnya konflik sosial. Dapat dikatakan, bahwa konflik sosial sering muncul sebagai awal dari terjadinya perubahan dalam masyarakat.

Menurut teori konflik, masyarakat memang bersifat pluralistic dan didalamnya terjadi ketidakseimbangan distribusi kekuasaan (authority), artinya dalam suatu masyarakat senantiasa terdapat kelompok-kelompok sosial yang saling bersaing dan berebut pengaruh. Dari persaingan dan perebutan imbas itulah, kemudian muncul kelompok yang paling berkuasa dan kelompok-kelompok lain yang berkedudukan sebagai pihak yang dikuasai. Kelompok yang paling berkuasa dan besar lengan berkuasa ini biasanya bersifat elit. Mereka mempunyai kekuasan untuk membuat peraturan-peraturan yang tujuannya untuk membela kepentingan kelompok mereka sendiri. Peraturan-peraturan itu sanggup berupa aturan yang mengikat kelompok sosial lai semoga tetap patuh. Persaingan yang terjadi di antara kedua jenis kelompok sosial itulah yang mengakibatkan terjadinya konflik sosial.

Teori konflik yang dianggap bisa menjelaskan terjadinya konflik sosial terdiri atas dua pandangan, yaitu sebagai berikut.

a. Pandangan pertama, digolongkan sebagai teori klasik yang dimunculkan oleh Karl Marx, George simmel, Lewis Coser, dan Ralf Dahrendorf. Mereka menganggap bahwa konflik terjadi lantaran adanya usaha antarkelas sosial yang ada di masyarakat. Menurut Karl Marx, usaha itu berupa kontradiksi (konflik) antara kelas borjuis melawan kelas proletar. Kelas borjuis ialah kelompok yang memegang kekuasaan mengatur masyarakat.

Mereka terdiri atas orang-orang kaya yang menguasai alat-alat produksi. Pengaruhnya besar terhadap lembaga-lembaga ekonomi dan politik di masyarakat. Sementara itu, kaum proletar ialah kelompok yang diatur, yaitu para pekerja yang tereksploitasi sebagai buruh bayaran yang bekerja pada pabrik-pabrik milik orang-orang kaya (borjuis).

Konflik sebagai salah satu bentuk dasar interaksi sangat erat kaitannya dengan banyak sekali proses yang mempersatukan dalam kehidupan sosial. Menurut George Simmel, konflik dan persatuan merupakan bentuk lain dari sosiasi, yang artinya satu tidak penting dari yang lain. Keduanya bukanlah konflik melainkan ketidakterlibatan. Sifat dasar insan untuk berinteraksi dan bersosialisasi, konflik menjadi sarana interaksi timbale balik dan masyarakat bersemangat untuk melakukannya.

b. Pandangan kedua, dimunculkan oleh Taylor, Walton dan Young. Teori mereka dianggap sebagai pemikiran terbaru (Kontemporer), meskipun secara fundamental pada dasarnya sama dengan versi pertama. Terjadinya konflik sosial berdasarkan mereka, juga berakar pada perbedaan distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Kaum elit yang berkuasa dianggap sebagai pengontrol pembuatan peraturan dan hukum-hukum untuk menjamin keamanan kepentingan kelompok mereka sendiri. Antara kelompok elit dengan kelompok yang tidak mempunyai kekuasaan mempunyai kepentingan yang berbeda dan selalu berlawanan.

Lebih jauh, pandangan ini menganggap tindak criminal sebagai tindakan rasional dan mempunyai fungsi dalam sistem sosial. Banyaknya tindakan criminal di kalangan golongan masyrakat bawah disebabkan oleh distribusi kekayaan yang tidak seimbang. Tekanan ekonomi yang dialami oleh masyarakt kelas bawah menimbulkan mereka merasa terasing dan dirugikan, yang kemudian termanifestasi melalui lemahnya ikatan-ikatan sosial dan kurangnya rasa taat terhadap tatanan sosial. Sementara itu, kelompok elit juga cenderung melaksanakan kejahatan kerah putih (White collar crime). Para penjahat kerah putih bertujuan untuk menumpuk kekayaan mereka. Bahkan, praktik kejahatan ini terorganisasi dan secara teknis terpola dengan baik menjadi pecahan dari praktik usaha mereka.
Berdasarkan klarifikasi (teori) di atas, kita sanggup menyimpulkan bahwa konflik sosial ialah kontradiksi yang terjadi antara unsur-unsur yang ada di dalam masyarakat. Masyarakat ialah suatu kesatuan yang mempunyai struktur. Struktur masyarakat tersiri atas bagian-bagian yang disebut dengan kelompok-kelompok sosial. Setiap kelompok sosial mempunyai kepentingan tidak sama. Apabila dua atau lebih kelompok sosial saling berselisih lantaran kepentingannya berseberangan, maka terciptalah konflik. Pada tahap awal, suatu konflik mungkin tidak tampak lantaran belum pecah secara terbuka. Sering pula pihak pemelihara keamanan berhasil menekan pecahnya konflik. Namun, itu bukan berarti konflik menjadi hilang, lantaran konflik akan selalu ada dan menunggu waktu untuk muncul.
Selama pemerintahan orde gres hampir tidak terdengar adanya konflik. Hal ini, lantaran parat keamanan berhasil meredam setiap konflik yang akan muncul. Akan tetapi, ketika abdnegara keamanan dan pemerintah menghadapi krisis kepercayaan, maka control sosial pun mengendor sehingga pecahlah banyak sekali konflik. Sejak kerusuhan mei 1998, di banyak sekali kawasan di Indonesia muncul sejumlah konflik.

Pengalaman itu menunjukkan, meskipun pemerintahan yang kuat dengan abdnegara keamanan yang represif sanggup meredam konflik tidak akan efektif selamanya. Konflik yang diredam dengan tindakan represif (menekan) akan sanggup kembali mencuat sewaktu-waktu apabila control dari pemerintah dan abdnegara melemah. Oleh lantaran iu, pendekatan represif kurng efektif untuk mengatasi konflik, alasannya ialah kunci dilema ada pada faktor penyebab konflik. Apabila faktor-faktor tersebut sanggup dikembalikan, maka konflik sanggup dikelola dengan baik. Sebagai salah satu bentuk dasar interaksi, konflik tidak sanggup dihilangkan, namun sanggup diatur semoga tidak sanggup menimbulkan kerusakan. Masyarakat memang selalu berubah,  dan perubahan itu membuat tuntunan-tuntunan gres muncul di antara kelompok-kelompok di masyarakat. Potensi pergesekan kepentingan  juga akan selalu muncul seiring lahirnya perkembangan baru.

Sebenarnya konflik tidak selalu membawa dampak negatif. Sisi positif konflik ialah konflik mengawali terjadinya perubahan.
Sisi positif konflik berdasarkan Lewis A. Coser diantaranya :
1. Dapat menumbuhkan solidaritas kelompok,
2. Dapat mendorong terbentuknya forum pengamanan (satpam, polisi, tentara dan pengadilan)
3. Dapat menjadikan masyyarakat lebih dinamis.

Pertentangan antara kelompok-kelompok sosial pada dasarnya ialah bentuk tuntunan terhadap perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. Suatu kelompok yang merasa diperlakukan tidak adil menuntut perubahan, untuk memperjuangkan perubahan itu, jalan yang ditempuh ialah dengan menentang kondisi yang ada.

Berbagai tuntunan perubahan disuarakan dalam banyak sekali demonstrasi di Jakarta dan kota-kota besar. Mereka menuntut dilaakukannya perubahan tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Tentu pemerintah sebagai pihak yang berkuasa menolak tuntunan itu. Terjadilah konflik antara kelompok penuntut dengan pemerintah. Beberapa mahasiswa menjadi korban dalam konflik itu. Rupanya, jatuhnya korban di pihak penuntut perubahan (kelompok reformis) tidak menyurutkan usaha mereka  justu semakin keras bersuara dan semakin banyak pula orang yang bergabung. Akhirnya pemerintah menyerah dan presiden menuruti kehendak kelompok reformis untuk mundur.

Sejak ketika itu, banyak sekali perubahan terjadi.Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi ajaran dasar penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia diamandemen berkali-kali. Pemerintahan yang semula terpusat di Jakarta didesentralisasikan ke daerah-daerah. Pemilihan Presiden dan wakil presiden secara eksklusif telah dilakukan semenjak tahun 2004. Demikian juga, pemilihan kepala-kepala kawasan (bupati). Semua itu merupakan hasil dari konflik yang pecah dan melahirkan reformasi.

Perlu diingat juga bahwa harga sosial untuk mencapai perubahan-perubahan tersebut sangatlah mahal. Harga sosial ialah nilai pengorbanan (kerugian) yang dialami oleh masyarakat selama terjadinya konflik. Berbagai kerusakan sarana dan prasarana kehidupan, baik milik pribadi, milik umum, maupun milik pemerintah apabila dihitung tentu sangat mahal. Belum lagi kerugian nonfisik, menyerupai lumpuhnya pemerintahan, terganggunya aktivitas masyarakat, dan melayangnya nyawa manusia. Hal tersebut merupakan harga sosial yang harus diperhitungkan sebagai jawaban konflik. Apabila mengingat hal ini, maka konflik terbuka bukanlah cara terbaik untuk mengadakan perubahan sosial.

2. Perbedaan Konflik dengan kekerasan

Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan
Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan


Berdasarkan klarifikasi di atas, keberadaan konflik di masyarakat ialah sebuah keniscayaan. Artinya, konflik akan selalu ada dan pasti terjadi dalam masyarakat. Lebih-lebih jika kita memahaminya dari sudut pandang teori konflik klasik (Karl Marx). Berdasarkan pemahaman teori ini, konflik sosial ternyata mengandung manfaat positif, yakni sebagai pecahan dari proses perubahan sosial. Namun, konflik sosial juga sanggup bersifat negative, Karena konflik menempatkan warga masyarakat dalam posisi saling bermusuhan. Hal ini berbeda dengan kompetisi. Dalam Kompetisi, interaksi yang terjadi bersifat disasotiatif, namun berlangsung dalam suasana damai. Hal ini tentu saja berbeda dengan konflik, lantaran konflik ialah interaksi sosial yang berlangsung dengan melibatkan individu-individu atau kelompok-kelompok yang saling menentang dengan bahaya kekerasan.

Konflik sosial yang didasari oleh alasan untuk sekedar mempertahankan diri memang tidak begitu mengarah pada kekerasan, lantaran konflik sosial menyerupai ini hanya bersifat defensive saja. Akan tetapi, ada konflik sosial yang terang-terangan bertujuan untuk membinasakan pihak lain yang dipandang sebagai lawan. Konflik sosial jenis kedua inilah yang akan mengarah pada kekerasan, menyerupai konflik sosial yang merebak di Sampit, Kalimantan yang melibatkan suku Daak dengan kaum pendatang dari Madura. Konflik menyerupai ini bersifat merusak (negative) lantaran menimbulkan kerusakan harta benda dan bahkan nyawa manusia. Dalam sejarah internasional, konflik yang mengarah pada kekerasan banyak terjadi, menyerupai perang etnis di Bosnia-Herzegovina menyusul pecahnya Uni Soviet menjadi Negara-negara kecil.  Begitu pula yang terjadi antara bangsa Palestina dengan Israel di timur tengah.
Perbedaan antara konflik dan kekerasan sangatlah tipis. Konflik sangat potensial memicu lahirnya kekerasan. Sebaliknya, kekerasan sering terjadi sebagai jawaban konflik sosial. Walaupun keduanya berjarak sangat tipis, antara konflik dengan kekerasan mempunyai perbedaan yang jelas.

Perbedaan antara konflik dan kekerasan.
Konflik :
1. Aktivitas yang dilakukan tidak menimbulkan reaksi yang berarti
2. Tidak berniat menjatuhkan lawan
3. Dapat menjadi motivasi untuk meraih prestasi
4. Dilakukan dengan langkah-langkah faktual untuk mencapai tujuan
Kekerasan :
1. Aktivitas yang dilakukan menimbulkan reaksi keras, bahkan benturan fisik
2. Ada rencana atau niat mencelakakan pihak lain
3. Biasanya muncul lantaran kesalahpahaman kedua belah pihak
4. Dilakukan dengan penuh prasangka sehingga merugikan pihak lain


Tag : Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Konflik individual, konflik antarkelas, konflik rasial, konflik internasional, Kekerasan, penyebab konflik, integrasi sosial., Konflik individual, konflik antarkelas, konflik rasial, konflik internasional, Kekerasan, penyebab konflik, integrasi sosial.Konflik individual, konflik antarkelas, konflik rasial, konflik internasional, Kekerasan, penyebab konflik, integrasi sosial.

Pengertian Konflik Dan Perbedaan Antara Konflik Dan Kekerasan

Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan

Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan
Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan


1. Pengertian Konflik sosial

Konflik ialah pecahan dari interaksi sosial yang  bersifat disasosiatif. Konflik atau  kontradiksi diartikan sebagai suatu bentuk interaksi tyang ditandai oleh keadaan saling mengancam, menghancurkan, melukai dan melenyapkan di antara pihak-pihak yang terlibat. Konflik sanggup melibatkan perorangan maupun kelompok. Sesuai kenyataan, konflik tidak sanggup dilepaskan dari dinamika masyarakat. Hakikat masyarakat yang selalu bermetamorfosis lahan bagi munculnya konflik sosial. Dapat dikatakan, bahwa konflik sosial sering muncul sebagai awal dari terjadinya perubahan dalam masyarakat.

Menurut teori konflik, masyarakat memang bersifat pluralistic dan didalamnya terjadi ketidakseimbangan distribusi kekuasaan (authority), artinya dalam suatu masyarakat senantiasa terdapat kelompok-kelompok sosial yang saling bersaing dan berebut pengaruh. Dari persaingan dan perebutan imbas itulah, kemudian muncul kelompok yang paling berkuasa dan kelompok-kelompok lain yang berkedudukan sebagai pihak yang dikuasai. Kelompok yang paling berkuasa dan besar lengan berkuasa ini biasanya bersifat elit. Mereka mempunyai kekuasan untuk membuat peraturan-peraturan yang tujuannya untuk membela kepentingan kelompok mereka sendiri. Peraturan-peraturan itu sanggup berupa aturan yang mengikat kelompok sosial lai semoga tetap patuh. Persaingan yang terjadi di antara kedua jenis kelompok sosial itulah yang mengakibatkan terjadinya konflik sosial.

Teori konflik yang dianggap bisa menjelaskan terjadinya konflik sosial terdiri atas dua pandangan, yaitu sebagai berikut.

a. Pandangan pertama, digolongkan sebagai teori klasik yang dimunculkan oleh Karl Marx, George simmel, Lewis Coser, dan Ralf Dahrendorf. Mereka menganggap bahwa konflik terjadi lantaran adanya usaha antarkelas sosial yang ada di masyarakat. Menurut Karl Marx, usaha itu berupa kontradiksi (konflik) antara kelas borjuis melawan kelas proletar. Kelas borjuis ialah kelompok yang memegang kekuasaan mengatur masyarakat.

Mereka terdiri atas orang-orang kaya yang menguasai alat-alat produksi. Pengaruhnya besar terhadap lembaga-lembaga ekonomi dan politik di masyarakat. Sementara itu, kaum proletar ialah kelompok yang diatur, yaitu para pekerja yang tereksploitasi sebagai buruh bayaran yang bekerja pada pabrik-pabrik milik orang-orang kaya (borjuis).

Konflik sebagai salah satu bentuk dasar interaksi sangat erat kaitannya dengan banyak sekali proses yang mempersatukan dalam kehidupan sosial. Menurut George Simmel, konflik dan persatuan merupakan bentuk lain dari sosiasi, yang artinya satu tidak penting dari yang lain. Keduanya bukanlah konflik melainkan ketidakterlibatan. Sifat dasar insan untuk berinteraksi dan bersosialisasi, konflik menjadi sarana interaksi timbale balik dan masyarakat bersemangat untuk melakukannya.

b. Pandangan kedua, dimunculkan oleh Taylor, Walton dan Young. Teori mereka dianggap sebagai pemikiran terbaru (Kontemporer), meskipun secara fundamental pada dasarnya sama dengan versi pertama. Terjadinya konflik sosial berdasarkan mereka, juga berakar pada perbedaan distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Kaum elit yang berkuasa dianggap sebagai pengontrol pembuatan peraturan dan hukum-hukum untuk menjamin keamanan kepentingan kelompok mereka sendiri. Antara kelompok elit dengan kelompok yang tidak mempunyai kekuasaan mempunyai kepentingan yang berbeda dan selalu berlawanan.

Lebih jauh, pandangan ini menganggap tindak criminal sebagai tindakan rasional dan mempunyai fungsi dalam sistem sosial. Banyaknya tindakan criminal di kalangan golongan masyrakat bawah disebabkan oleh distribusi kekayaan yang tidak seimbang. Tekanan ekonomi yang dialami oleh masyarakt kelas bawah menimbulkan mereka merasa terasing dan dirugikan, yang kemudian termanifestasi melalui lemahnya ikatan-ikatan sosial dan kurangnya rasa taat terhadap tatanan sosial. Sementara itu, kelompok elit juga cenderung melaksanakan kejahatan kerah putih (White collar crime). Para penjahat kerah putih bertujuan untuk menumpuk kekayaan mereka. Bahkan, praktik kejahatan ini terorganisasi dan secara teknis terpola dengan baik menjadi pecahan dari praktik usaha mereka.
Berdasarkan klarifikasi (teori) di atas, kita sanggup menyimpulkan bahwa konflik sosial ialah kontradiksi yang terjadi antara unsur-unsur yang ada di dalam masyarakat. Masyarakat ialah suatu kesatuan yang mempunyai struktur. Struktur masyarakat tersiri atas bagian-bagian yang disebut dengan kelompok-kelompok sosial. Setiap kelompok sosial mempunyai kepentingan tidak sama. Apabila dua atau lebih kelompok sosial saling berselisih lantaran kepentingannya berseberangan, maka terciptalah konflik. Pada tahap awal, suatu konflik mungkin tidak tampak lantaran belum pecah secara terbuka. Sering pula pihak pemelihara keamanan berhasil menekan pecahnya konflik. Namun, itu bukan berarti konflik menjadi hilang, lantaran konflik akan selalu ada dan menunggu waktu untuk muncul.
Selama pemerintahan orde gres hampir tidak terdengar adanya konflik. Hal ini, lantaran parat keamanan berhasil meredam setiap konflik yang akan muncul. Akan tetapi, ketika abdnegara keamanan dan pemerintah menghadapi krisis kepercayaan, maka control sosial pun mengendor sehingga pecahlah banyak sekali konflik. Sejak kerusuhan mei 1998, di banyak sekali kawasan di Indonesia muncul sejumlah konflik.

Pengalaman itu menunjukkan, meskipun pemerintahan yang kuat dengan abdnegara keamanan yang represif sanggup meredam konflik tidak akan efektif selamanya. Konflik yang diredam dengan tindakan represif (menekan) akan sanggup kembali mencuat sewaktu-waktu apabila control dari pemerintah dan abdnegara melemah. Oleh lantaran iu, pendekatan represif kurng efektif untuk mengatasi konflik, alasannya ialah kunci dilema ada pada faktor penyebab konflik. Apabila faktor-faktor tersebut sanggup dikembalikan, maka konflik sanggup dikelola dengan baik. Sebagai salah satu bentuk dasar interaksi, konflik tidak sanggup dihilangkan, namun sanggup diatur semoga tidak sanggup menimbulkan kerusakan. Masyarakat memang selalu berubah,  dan perubahan itu membuat tuntunan-tuntunan gres muncul di antara kelompok-kelompok di masyarakat. Potensi pergesekan kepentingan  juga akan selalu muncul seiring lahirnya perkembangan baru.

Sebenarnya konflik tidak selalu membawa dampak negatif. Sisi positif konflik ialah konflik mengawali terjadinya perubahan.
Sisi positif konflik berdasarkan Lewis A. Coser diantaranya :
1. Dapat menumbuhkan solidaritas kelompok,
2. Dapat mendorong terbentuknya forum pengamanan (satpam, polisi, tentara dan pengadilan)
3. Dapat menjadikan masyyarakat lebih dinamis.

Pertentangan antara kelompok-kelompok sosial pada dasarnya ialah bentuk tuntunan terhadap perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. Suatu kelompok yang merasa diperlakukan tidak adil menuntut perubahan, untuk memperjuangkan perubahan itu, jalan yang ditempuh ialah dengan menentang kondisi yang ada.

Berbagai tuntunan perubahan disuarakan dalam banyak sekali demonstrasi di Jakarta dan kota-kota besar. Mereka menuntut dilaakukannya perubahan tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Tentu pemerintah sebagai pihak yang berkuasa menolak tuntunan itu. Terjadilah konflik antara kelompok penuntut dengan pemerintah. Beberapa mahasiswa menjadi korban dalam konflik itu. Rupanya, jatuhnya korban di pihak penuntut perubahan (kelompok reformis) tidak menyurutkan usaha mereka  justu semakin keras bersuara dan semakin banyak pula orang yang bergabung. Akhirnya pemerintah menyerah dan presiden menuruti kehendak kelompok reformis untuk mundur.

Sejak ketika itu, banyak sekali perubahan terjadi.Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi ajaran dasar penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia diamandemen berkali-kali. Pemerintahan yang semula terpusat di Jakarta didesentralisasikan ke daerah-daerah. Pemilihan Presiden dan wakil presiden secara eksklusif telah dilakukan semenjak tahun 2004. Demikian juga, pemilihan kepala-kepala kawasan (bupati). Semua itu merupakan hasil dari konflik yang pecah dan melahirkan reformasi.

Perlu diingat juga bahwa harga sosial untuk mencapai perubahan-perubahan tersebut sangatlah mahal. Harga sosial ialah nilai pengorbanan (kerugian) yang dialami oleh masyarakat selama terjadinya konflik. Berbagai kerusakan sarana dan prasarana kehidupan, baik milik pribadi, milik umum, maupun milik pemerintah apabila dihitung tentu sangat mahal. Belum lagi kerugian nonfisik, menyerupai lumpuhnya pemerintahan, terganggunya aktivitas masyarakat, dan melayangnya nyawa manusia. Hal tersebut merupakan harga sosial yang harus diperhitungkan sebagai jawaban konflik. Apabila mengingat hal ini, maka konflik terbuka bukanlah cara terbaik untuk mengadakan perubahan sosial.

2. Perbedaan Konflik dengan kekerasan

Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan
Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan


Berdasarkan klarifikasi di atas, keberadaan konflik di masyarakat ialah sebuah keniscayaan. Artinya, konflik akan selalu ada dan pasti terjadi dalam masyarakat. Lebih-lebih jika kita memahaminya dari sudut pandang teori konflik klasik (Karl Marx). Berdasarkan pemahaman teori ini, konflik sosial ternyata mengandung manfaat positif, yakni sebagai pecahan dari proses perubahan sosial. Namun, konflik sosial juga sanggup bersifat negative, Karena konflik menempatkan warga masyarakat dalam posisi saling bermusuhan. Hal ini berbeda dengan kompetisi. Dalam Kompetisi, interaksi yang terjadi bersifat disasotiatif, namun berlangsung dalam suasana damai. Hal ini tentu saja berbeda dengan konflik, lantaran konflik ialah interaksi sosial yang berlangsung dengan melibatkan individu-individu atau kelompok-kelompok yang saling menentang dengan bahaya kekerasan.

Konflik sosial yang didasari oleh alasan untuk sekedar mempertahankan diri memang tidak begitu mengarah pada kekerasan, lantaran konflik sosial menyerupai ini hanya bersifat defensive saja. Akan tetapi, ada konflik sosial yang terang-terangan bertujuan untuk membinasakan pihak lain yang dipandang sebagai lawan. Konflik sosial jenis kedua inilah yang akan mengarah pada kekerasan, menyerupai konflik sosial yang merebak di Sampit, Kalimantan yang melibatkan suku Daak dengan kaum pendatang dari Madura. Konflik menyerupai ini bersifat merusak (negative) lantaran menimbulkan kerusakan harta benda dan bahkan nyawa manusia. Dalam sejarah internasional, konflik yang mengarah pada kekerasan banyak terjadi, menyerupai perang etnis di Bosnia-Herzegovina menyusul pecahnya Uni Soviet menjadi Negara-negara kecil.  Begitu pula yang terjadi antara bangsa Palestina dengan Israel di timur tengah.
Perbedaan antara konflik dan kekerasan sangatlah tipis. Konflik sangat potensial memicu lahirnya kekerasan. Sebaliknya, kekerasan sering terjadi sebagai jawaban konflik sosial. Walaupun keduanya berjarak sangat tipis, antara konflik dengan kekerasan mempunyai perbedaan yang jelas.

Perbedaan antara konflik dan kekerasan.
Konflik :
1. Aktivitas yang dilakukan tidak menimbulkan reaksi yang berarti
2. Tidak berniat menjatuhkan lawan
3. Dapat menjadi motivasi untuk meraih prestasi
4. Dilakukan dengan langkah-langkah faktual untuk mencapai tujuan
Kekerasan :
1. Aktivitas yang dilakukan menimbulkan reaksi keras, bahkan benturan fisik
2. Ada rencana atau niat mencelakakan pihak lain
3. Biasanya muncul lantaran kesalahpahaman kedua belah pihak
4. Dilakukan dengan penuh prasangka sehingga merugikan pihak lain


Tag : Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Pengertian Konflik dan Perbedaan antara Konflik dan kekerasan, Konflik individual, konflik antarkelas, konflik rasial, konflik internasional, Kekerasan, penyebab konflik, integrasi sosial., Konflik individual, konflik antarkelas, konflik rasial, konflik internasional, Kekerasan, penyebab konflik, integrasi sosial.Konflik individual, konflik antarkelas, konflik rasial, konflik internasional, Kekerasan, penyebab konflik, integrasi sosial.