Showing posts with label Motivasi dan renungan. Show all posts
Showing posts with label Motivasi dan renungan. Show all posts

Motivasi : Gantungkan Impian Dan Percayalah Pada Kesempatan

MOTIVASI : GANTUNGKAN HARAPAN DAN PERCAYALAH PADA KESEMPATAN

 GANTUNGKAN HARAPAN DAN PERCAYALAH PADA KESEMPATAN Motivasi : GANTUNGKAN HARAPAN DAN PERCAYALAH PADA KESEMPATAN
GANTUNGKAN HARAPAN DAN PERCAYALAH PADA KESEMPATAN


            Kehilangan harapan lebih menyiksa daripada kehilangan seseorang ataupun kehilangan harta benda, harapan merupakan salah satu kunci biar kita terus bangun dan semangat, harapan menciptakan kita terus berkeinginan untuk tidak berhenti dalam menggapai impian, seorang yang kaya raya ataupun seorang raja dan ratu hidupnya akan menderita kalau kehilangan harapan. Sebaliknya, seorang yang miskin tetap akan senang jikalau masih ada harapan di dalam dirinya.

            Tentu saja bukan harapan yang berlebihan, dikala kita menanam sebuah biji, kita tentu berharap biar sanggup memanennya. Ketika kita sekolah tentu saja kita berharap biar sanggup mendapat pengetahuan dan kedepannya sanggup mempunyai kegunaan bagi orang lain, serta mendapat pekerjaan yang layak, namun kalau harapan terlalu hiperbola resikonya menciptakan stress diri kita.

            Harapan menyerupai air hujan yang menetes ke tanah tandus, ia menawarkan kesejukan pada tanah tandus tesebut. Ketika kita bersedih, harapan kita tentu saja semoga itu akan menjadi kekuatan dan Allah menawarkan kita pahala dibaliknya, dengan harapan itu kita sanggup menjadi lebih segar dalam menjalani kehidupan.

            Harapan juga menyerupai akar, ia mengokohkan. Ketika kita mengalami kegagalan, harapan kita semoga saja kedepannya sanggup mendapat keberhasilan, dengan dengan begitu kita sanggup lebih besar lengan berkuasa menghadapinya.

            Ketika kita masih berpegang pada Allah, gantungkan harapan pada-Nya harapan untuk kekuatan dan kebaikan, dikala harapana tersebut tidak tercapai, bersabar. Allah lebih tahu yang tebaik untuk kita, bukan?

            Selain harapan, percaya pada kesempatan juga merupakan salah satu pendorong supaya hidup kita terus bersemangat.

            Saya pernah menyampaikan bahwa selama kita hidup kesempatan akan selalu ada, kesempatan untuk memperbaiki diri, kesempatan untuk berkarya, kesempatan untuk mengejar mimpi. Tuhan akan terus menawarkan kesempatan untuk hamba-Nya biar terus berubah dari hal buruknya. Tuhan menawarkan kesempatan kepada hamba-Nya untuk meningkatkan derajatnya sendiri, dengan usahanya sendiri. Sebenarnya Tuhan sudah sangat baik, dikala kita hidup, kesempatan akan selalu ada dan kesempatan tersebut akan dilarang hingga Tuhan bilang “STOP” pada nyawa kita.

            Harapan dan kesempatan yaitu dua hal yang perlu kita yakini, harapan akan menciptakan kita terus semangat, dan percaya bahwa adanya kesempatan akan menciptakan kita tidak takut untuk berubah.

Quote:

“Harapan itu menyegarkan dan menguatkan kalau tidak berlebihan, sedangkan percaya pada kesempatan akan menciptakan kita bangun lagi.”

INDRA SAPUTRA - BUKU SUGESTI PIKIRAN KE 2


Baca Juga : 


3 Kisah Yang Sanggup Dijadikan Materi Renungan Dan Inspirasi

3 Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi - Hai sahabat Blogger jemo lintank, bagaimana kabar anda hari ini? Semoga sehat berenergi yah hehe.. Setelah sebelumnya saya memposting 3 Nasehat Siraman kalbu dari Aa’ Gym yang baik untuk materi Renungan. Sekarang Admin memposting 3 Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi. Sejujurnya dongeng ini telah admin posting pada tahun 2013 yang lalu, tapi kini diperbarui semoga bisa menjadi materi renungan dan wangsit untuk yang belum pernah membacanya.

Berikut 3 Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi :

 Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi 3 Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi
3 Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi


  • Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang pertama


Kisah Dua Tukang Sol Sepatu 

Mang Udin, begitulah ia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol. Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil berteriak menunjukkan jasanya. Sampai tengah hari, gres satu orang yang memakai jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.
 
Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap sanggup order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak ia hiraukan.
 
Ditengah keputusasaan, ia berjumpa dengan seorang tukang sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah sanggup uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.
 
“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laku nich?” kata mang Udin memulai percakapan.
“Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh.
“Saya gres satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata mang Udin memelas.
“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”
“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal.
“Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.
“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang bekerjsama ia sudah tahu harus banyak bersyukur.
“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya.
Mang udin sedikit kikuk, lantaran ia tidak pernah “mampir” ke daerah shalat.
“Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.”
Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, tampaknya sering ke masjid tersebut.
 
Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, alasannya ia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,
 
“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”
Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,
“Saya tidak yummy nich. Nanti uang untuk dapur kakak berkurang digunakan traktir saya.”
“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum.
“Abang yakin?”
“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.
“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh harap.
“Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah.
 
Keesokan harinya, mereka bertemu di daerah yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.
“Apa kabar mang Udin?”
“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan.
 
Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata,
“Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk menerima rezeki barakah.”
“Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.
“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi.
 
Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di daerah yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi,
“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak sanggup order, kini juga belum. Apa saran kakak tidak cocok untuk saya?”
“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum besar lengan berkuasa atas derma Allah. Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?” terperinci bang Soleh sambil tetap tersenyum.
Mang Udin cukup tersentak mendengar klarifikasi tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang Soleh.
“Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar.
Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan.
“Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh.
“Tidak.”
“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin sanggup rezeki bisa makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, lantaran kita bekerjsama tidak berharap. Kita tidak berharap, lantaran kita tidak yakin.”
 
Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.
“OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah bekerjsama sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-kaca.
 
“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.”
 
Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimist bahwa hidup akan lebih baik.


  • Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang Kedua

Sebatang Pohon vs Pemuda Jenuh

Alkisah, ada seorang cowok yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya ia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si cowok merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa bekerjsama hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak mempunyai arti.

"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik saya mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan ia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, ketika melihat gelagat ibarat itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila ia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."

Dengan bersungut-sungut, si cowok pergi melanjutkan menentukan pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar bunyi lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kau mau bunuh diri, silakan pindah ke daerah lain. Kasihanilah lebah dan insan yang telah bekerja keras tetapi tidak sanggup menikmati hasilnya."

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si cowok berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, lantaran rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh insan dan binatang untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si cowok terdiam dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka mencintai dirinya sendiri semoga tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".

Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas saya melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, saya harus punya keinginan dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".

Si cowok pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

========================================

Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan ketika tidak bisa lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas ialah bunuh diri.

Sebaliknya, jikalau kita bisa menyadari bekerjsama kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan keinginan yang diperjuangkan, serta bisa bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, perilaku positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!



  • Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang ketiga

Gara-gara Rayap? Yang Bener?

Dikisahkan dua orang pria bekerja keras menciptakan sebuah perahu. Ketika sedang sibuk bekerja mereka berdua menemukan rayap disebuah papan. Salah seorang dari mereka kemudian ingin membuang papan itu tapi temannya melarang. Dia berkata, ”kenapa papan ini dibuang? Kan sayang. Lagipula tidak ada masalah. Cuma kena rayap sedikit saja.”

Karena tidak ingin mengecewakan temannya, papan yang ada rayapnya pun digunakan untuk menciptakan perahu. Selang beberapa hari, bahtera pun selesai dan sudah bisa digunakan untuk melayari lautan.

Tapi beberapa tahun kemudian, rayap-rayap itu ternyata bertelur dan menetas. Rayap-rayap itu kemudian menggerogoti kayu kapal. Bahkan rayap-rayap itu menyebar kemana-mana sampai memakan kayu yang ada di lambung kapal.

Kapal terus digunakan dan tak seorang pun sadar sampai akhirnya, kayu-kayu bahtera itu pun mulai keropos. Dan, ketika dihantam oleh ombak besar, air berhasil menembus masuk dari celah-celah dan lubang-lubang kayu.

Karena hujan juga sering turun dengan deras, para awak bahtera tidak bisa lagi menguras air yang masuk ke dalam bahtera sehingga kesudahannya bahtera itu karam. Di dalamnya terdapat barang-barang berharga dan nyawa manusia.

Sahabatku, Kalau saja kita sadar bahwa malapetaka besar ini bekerjsama berasal dari hal yang remeh dan tidak berharga ibarat papan yang sudah kena rayap. Kalau saja ketika menciptakan bahtera dahulu papan itu dibuang, tentu saja malapetaka ini bisa dicegah.

Dan, begitulah jikalau pada kenyataannya kita sering tidak sadar jikalau perbuatan-perbuatan kesalahan kecil dan remeh yang kita lakukan kadang kala justru malah menjadikan malapetaka besar.

orang pandai bijak pernah berkata :"Berhati-hatilah dan berhematlah atas pengeluaran-pengeluaran kecil. kebocoran kecil bisa mengaramkan kapal."

Demikianlah 3 Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi hari ini.. Nantikan terus Cerita-cerita menarik di blogger jemo lintank yah :)

Tag : Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang, Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang,Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang, Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang, Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang, Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang,Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang,Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang, Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang, Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang, Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang, Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang,Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang,Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang,Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang,Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang, Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang,Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang, Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang, Cerita Yang sanggup dijadikan materi Renungan dan Inspirasi Yang

Motivasi : Gantungkan Impian Dan Percayalah Pada Kesempatan

MOTIVASI : GANTUNGKAN HARAPAN DAN PERCAYALAH PADA KESEMPATAN

 GANTUNGKAN HARAPAN DAN PERCAYALAH PADA KESEMPATAN Motivasi : GANTUNGKAN HARAPAN DAN PERCAYALAH PADA KESEMPATAN
GANTUNGKAN HARAPAN DAN PERCAYALAH PADA KESEMPATAN


            Kehilangan harapan lebih menyiksa daripada kehilangan seseorang ataupun kehilangan harta benda, harapan merupakan salah satu kunci biar kita terus bangun dan semangat, harapan menciptakan kita terus berkeinginan untuk tidak berhenti dalam menggapai impian, seorang yang kaya raya ataupun seorang raja dan ratu hidupnya akan menderita kalau kehilangan harapan. Sebaliknya, seorang yang miskin tetap akan senang jikalau masih ada harapan di dalam dirinya.

            Tentu saja bukan harapan yang berlebihan, dikala kita menanam sebuah biji, kita tentu berharap biar sanggup memanennya. Ketika kita sekolah tentu saja kita berharap biar sanggup mendapat pengetahuan dan kedepannya sanggup mempunyai kegunaan bagi orang lain, serta mendapat pekerjaan yang layak, namun kalau harapan terlalu hiperbola resikonya menciptakan stress diri kita.

            Harapan menyerupai air hujan yang menetes ke tanah tandus, ia menawarkan kesejukan pada tanah tandus tesebut. Ketika kita bersedih, harapan kita tentu saja semoga itu akan menjadi kekuatan dan Allah menawarkan kita pahala dibaliknya, dengan harapan itu kita sanggup menjadi lebih segar dalam menjalani kehidupan.

            Harapan juga menyerupai akar, ia mengokohkan. Ketika kita mengalami kegagalan, harapan kita semoga saja kedepannya sanggup mendapat keberhasilan, dengan dengan begitu kita sanggup lebih besar lengan berkuasa menghadapinya.

            Ketika kita masih berpegang pada Allah, gantungkan harapan pada-Nya harapan untuk kekuatan dan kebaikan, dikala harapana tersebut tidak tercapai, bersabar. Allah lebih tahu yang tebaik untuk kita, bukan?

            Selain harapan, percaya pada kesempatan juga merupakan salah satu pendorong supaya hidup kita terus bersemangat.

            Saya pernah menyampaikan bahwa selama kita hidup kesempatan akan selalu ada, kesempatan untuk memperbaiki diri, kesempatan untuk berkarya, kesempatan untuk mengejar mimpi. Tuhan akan terus menawarkan kesempatan untuk hamba-Nya biar terus berubah dari hal buruknya. Tuhan menawarkan kesempatan kepada hamba-Nya untuk meningkatkan derajatnya sendiri, dengan usahanya sendiri. Sebenarnya Tuhan sudah sangat baik, dikala kita hidup, kesempatan akan selalu ada dan kesempatan tersebut akan dilarang hingga Tuhan bilang “STOP” pada nyawa kita.

            Harapan dan kesempatan yaitu dua hal yang perlu kita yakini, harapan akan menciptakan kita terus semangat, dan percaya bahwa adanya kesempatan akan menciptakan kita tidak takut untuk berubah.

Quote:

“Harapan itu menyegarkan dan menguatkan kalau tidak berlebihan, sedangkan percaya pada kesempatan akan menciptakan kita bangun lagi.”

INDRA SAPUTRA - BUKU SUGESTI PIKIRAN KE 2


Baca Juga : 


Motivasi : 2 Pekerja Berbeda Yang Dirasakan

2 PEKERJA BERBEDA YANG DIRASAKAN
           

            Tersebutlah seorang kaya raya di suatu tempat, dia begitu rajin untuk bekerja. Hari-harinya dipenuhi target-target dan target. Kehidupannya selalu dipenuhi dengan hal-hal mewah, mobil, rumah, makanan. Hidupnya kebanyakan habis di kantor, dikelilingi dengan desingnya bunyi komputer, dan berisiknya bunyi kendaraan yang berlalu lalang.

            Kehidupannya sangatlah menyenangkan bagi orang yang melihatnya, namun tidak dengan apa yang dia rasakan. Ia lelah dengan semua itu. Ia tolong-menolong ingin bebas, tak mau terbelenggu dengan semua pekerjaan itu.

            Di lain tempat, di sebuah desa, ada seorang petani yang hidupnya sederhana. Hari-harinya juga sibuk bekerja, mencangkul, menyiangi rumput dan menanam biji-bijian. Hidupnya dikelilingi oleh udara segar, angin sepoi-sepoi, kicauan burung dan indahnya panorama alam. Petani itu senang sekali dengan kehidupannya.

            Diantara 2 pola di atas, berdasarkan anda apa yang mengakibatkan kedua orang itu berbeda, mengapa orang kaya bekerja dikantoran hidupnya sanggup menyebalkan, sedangkan si petani hidupnya bahagia? Coba tebak, apakah berdasarkan anda alasannya yakni si pekerja kantor tidak hidup bebas, sedangkan si petani hidup di alam bebas yang menyenangkan?

            Itu semua salah, kunci kebahagiaan si petani yakni ‘pikirannya’.

            Yah, pikiran yakni hal yang absurd sekali, pikiran sanggup menciptakan sesuatu yang manis menjadi pahit dan sanggup pula menciptakan yang pahit menjadi manis
.
            Sebenarnya pemain pertama yang bekerja di kantor hidupnya sudah sangat menyenangkan, siapa yang tidak mau hidup kaya, serba kecukupan. Namun orang itu pemikirannya tidak mengarah ke sisi baiknya, dia hanya sibuk memikirkan ke arah buruknya.

            Hidup memang begitu, saat kita sibuk memikirkan hal buruk, maka yang buruklah yang akan nampak, namun saat kita fokus ke arah yang menyenangkan, keluarga, sobat dan lain sebagainya, maka yang baguslah yang akan nampak.

            Kita tidak akan sanggup menikmati hasil yang kita dapat, pabila pikiran kita sibuk mengarah ke sesuatu yang belum kita dapat.

            Dr. Samuel Johnson menyampaikan “Kebiasaan melihat sisi baik dari semua peristiwa, jauh lebih berharga daripada mendapat penghasilan seribu pounsterling dalam setahun”.

Quote

“Pikirkan hal baik, maka yang baik akan menampakkan diri”