Showing posts sorted by date for query hakikat-dan-ruang-lingkup-ilmu-sejarah-pengertian-sejarah-sejarah-sebagai-peristiwa-kisah-ilmu-dan-seni. Sort by relevance Show all posts
Showing posts sorted by date for query hakikat-dan-ruang-lingkup-ilmu-sejarah-pengertian-sejarah-sejarah-sebagai-peristiwa-kisah-ilmu-dan-seni. Sort by relevance Show all posts

Tradisi Dalam Kehidupan Masyarakat | Cara Masyarakat Era Praaksara Mewariskan Era Lampaunya

Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya - Setelah kemarin kita membahas perihal HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH | Pengertian Sejarah | Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni sekarang kita membahas Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakt masa Praaksara mewarsikan masa lampaunya.  Sejarah merupakan pengalaman kehidupan mansuia di masa lampau, sedangkan salah satu fungsi sejarah yaitu untuk menawarkan identitas kepada masyarakatnya. Sebuah masyarakat dengan banyak sekali identitasnya, mirip budaya, norma-norma, dan watak istiadatnya, pastilah memiliki jejak-jejak sejarahnya di masa lampau. Dengan demikian, kisah sejarah dianggap perlu untuk memperlihatkan identitas atau jati dirinya yang berbeda dengan masyarakat yang lain. Kisah sejarah juga dianggap perlu sebagai pengalaman kolektif di masa lampau. Dengan demikian, kisah sejarah yang sanggup menjelaskan keberadaan suatu masyarakat atau tempat dianggap penting, baik pada masa masyarakat sebelum mengenal goresan pena (praaksara) maupun setelah mengenal goresan pena (masa aksara).

Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya
Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya


Tradisi Lisan sebagai sebuah karya sejarah tradisional tidak memakai mekanisme penulisan sejarah ilmiah. Karya-Karya yang disebarkan melalui tradisi verbal seringkali memuat sesuatu yang bersifat supranatural di luar jangkauan pemikiran manusia. Dalam karya-karya tersebut antara fakta dan imajinasi serta fantasi bercampur baur.

Tradisi verbal ini  antara lain berupa mitos, legenda, dan dongeng. Tradisi verbal ini diwariskan dan disebarluaskan sebagai milik bersama. Di samping itu, tradisi verbal juga menjadi simbol identitas bersama.
Di dalam keraton banyak ditemukan banyak sekali macam lambang dalam segi kehidupan, dimulaui dari bentuk dan cara mengatur bangunan, mengatur penanaman pohon yang dianggap kramat, mengatur tempat duduk, menyimpan dan memelihara pusaka, macam pakaian yang dikenakan dan cara mengenakannya, bahasa yang harus dipakai, tingkah laku, pemilihan warna dan seterusnya. Keraton juga menyimpan dan melestarikan nilai-nilai lama. Mitos yang sangat kuat terhadap kehidupan masyarakat dan komunitas keraton yaitu mitos kanjeng ratu kidul.

Kedudukan mitos itu sangat menonjol, alasannya tanpa mengenal mitos Kanjeng Ratu kidul, orang tidak akan sanggup mengerti makna dari tarian sakral Bedhaya ketawang, yang semenjak paku Buwana C naik tahta, setiap setahun sekali tarian itu dipergelarkan pada program ulang tahun penobatan raja. Tanpa mengenal mitos itu makna panggung sangga buwana akan sulit dipahami, demikian pula mengenai mitos yang dulu dikenal rakyat sebagai lampor.

Terdapat banyak sekali macam versi mitos kanjeng Ratu kidul antara lain berdasarkan dongeng pujangga Yosodipuro. Di kerajaan kediri, terdapat seorang putra Raja Jenggal yang berama Raden Panji sekar Taji yang pergi meninggalkan kerajaannya untuk mencari tempat kekuasaan baru. Pada masa pencariannya sampailah ia di hutan sigaluh yang di dalamnya terdapat pohon beringin berdaun putih dan bersulur panjang yang berjulukan Waringin putih. Pohon itu ternyata merupakan sentra kerajaan para lelembut (makhluk halus) dengan sang Prabu Banjaran Seta sebagai rajanya.

Berdasarkan keyakinannya akan tempat itu, Raden Panji Sekar Taji melaksanakan pembabatan hutan sehingga pohon Waringin putih tersebut ikut terbabat. Dengan terbabatnya pohon itu si raja lelembut yaitu Prabu Banjaran Seta merasa bahagia dan sanggup menyempurnakan hidupnya dengan pribadi musnah ke alam sebenarnya. Kemusnahannya berwujud suatu cahaya yang kemudian pribadi masuk ke badan Raden Panji sekar Taji sehingga mengakibatkan dirinya bertambah sakti.

            Alkisah, Retnaning Dyah Angin-Angin yaitu saudara perempuan Prabu Banjaran Seta yang kemudian menikah dengan Raden Panji Sekar Taji yang selanjutnya dinobatkan sebagai raja. Dari hasil perkawinannya, pada hari selasa kliwon lahirlah putri yang berjulukan Ratu Hayu. Pada ketika kelahiran putri ini, berdasarkan dongeng dihadiri oleh para bidadari dan semua makhluk halus. Putri tersebut diberi nama oleh eyangnya (Eyang sindhula), Ratu pegedong, dengan cita-cita nantinya akan menjadi perempuan tercantik di jagat raya. Setelah cukup umur ia benar-benar menjadi perempuan yang bagus tanpa cacat atau tepat dan wajahnya mirip dengan wajah ibunya bagaikan pinang dibelah dua. Pada suatu hari, Ratu Hayu atau Ratu Pagedongan menajdi perempuan yang bagus menangis memohon kepada eyangnya supaya kecantikan yang dimilikinya abadi. Dengan kesaktian eyang sindhula, akibatnya permohonan Ratu Pagedongan menjadi perempuan yang cantik, tidak pernah renta atau keriput dan tidak pernah mati hingga hari simpulan zaman dikabulkan, dengan syarat ia akan berubah sifatnya menjadi makhlus halus yang sakti mandra guna (tidak ada yang sanggup mengalahkannya).

Setelah menjelma makhluk halus, oleh sang ayah, putri pagedongan diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk memerintah seluruh wilayah maritim selatan serta menguasai Seluruh makhluk halus di seluruh pulau jawa. Selama hidupnya Ratu Pagedongan tidak memiliki pendamping tetapi ia diramalkan bahwa suatu ketika ia akan bertemu dengan raja agung (hebat) yang memerintah di tanah jawa. Sejak ketika itu ia menjadi ratu dari rakyat makhluk halus dan berkuasa penuh di maritim selatan.
Kekuasaan ratu kidul di maritim selatan juga tertulis dalam serat Wedatama yang berbunyi :

Wikan Wengkoning Samodra
Kederan Wus den Ideri,
Kinemat Kamot hing driya
Rinegan segegem dadi
Dumadya angratoni,
Nenggih Kanjeng Ratu kidul,
Ndedel nggayuh Nggegana,
Umara marak maripih,
Sor prabawa lan wong agung Ngeksiganda,
Diterjemahkan :
Tahu akan batas samudra
Semua telah dijelajahi
Dipesona nya masuk hati
Digenggam satu menjadi
Jadilah ia merajai
Syahdan sang ratu kidul
Terbang tinggi mengangkasa
Lalu tiba bersembah
Kalah perbawa terhadap
Junjungan Mataram
[Setubuh alamai-senyawa illahi]

Yang artinya : Mengetahui/mengerti betapa kekuasaan samudra, seluruhnya sudah dilalui/dihayati, dirasakan, dan meresap dalam sanubari, menyerupai digenggam menjadi satu genggaman, sehingga terkuasai. Tersebutlah kanjeng Ratu kidul, naik ke angkasa, tiba menghadap dengan hormat, kalah wibawa dengan raja mataram.

Ada Versi lain dari masyarakat sunda (jawa barat) yang menceritakan bahwa pada zaman kerajaan pajajaran, terdapat seorang putri raja yang buruk rupa dan mengidap penyakit kulit bersisik sehingga bentuk dan seluruh tubuhnya buruk tidak terawat. Oleh alasannya itu, ia diusir dari kerajaan oleh saudara-saudaranya alasannya merasa aib memiliki saudara yang berpenyakitan mirip dia. Dengan perasaan sedih dan kecewa, sang putri kemudian bunuh diri dengan mencebur ke maritim selatan.

Pada suatu hari rombongan kerajaan Pajajaran mengadakan selametan di Pelabuhan Ratu. Pada ketika mereka tengah khusuk berdo’a munculla si putri yang bagus dan mereka tidak mengerti mengapa ia berada di situ, kemudia si putri menjelaskan bahwa ia yaitu putri kerajaan pajajaran yang diusir oleh kerajaan dan bunuh diri di maritim selatan, tetapi kini telah menjadi ratu makhluk halus dan menguasai seluruh maritim selatan. Selanjutnya oleh masyarakat, ia dikenal sebagai ratu kidul.


Dari cerita-cerita mitos perihal kanjeng ratu kidul, jelaslah bahwa kanjeng Ratu kidul yaitu penguasa lautan yang bertahta di maritim selatan dengan kerajaan yang berjulukan Keraton Bale Sokodhomas.

Demikianlah. Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya. Semoga bermanfaat. 



Tag : Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa LampaunyaTradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya,Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya

Hakikat Dan Ruang Lingkup Ilmu Sejarah | Pengertian Sejarah | Sejarah Sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu Dan Seni

HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH - Kata Sejarah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan sering juga diajukan beberapa pertanyaan: “Apa itu sejarah” atau ada pernyaan : “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”, atau “kita harus berguru dari sejarah”.


Kata Sejarah sering kita dengar dalam kehidupan sehari HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH | Pengertian Sejarah | Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni
HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH


Pertanyaan dan penyataan yang kelihatannya sederhana dan mudah ini, ternyata tidak sanggup dijawab dengan segera. Kita perlu merenung untuk memikirkan jawabannya.

A. Pengertian sejarah

Secara Etimologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajarah (Syajaratun) artinya Pohon. Di indonesia sejarah sanggup berarti silsilah, asal-usul, riwayat dan bila dibentuk denah menyerupai pohon lengkap dengan cabang, ranting dan daun. Di dalam kata sejarah tersimpan makna pertumbuhan atau silsilah.

Pada masa kini ini, untuk kepetingan tertentu kita memerlukan keterangan riwayat hidup. Kata riwayat kurang lebih ebrarti laporan atau dongeng perihal kejadian. Sedangkan kata hikayat (Yang bersahabat dengan sejarah), artinya dongeng perihal kehidupan, yaitu yang mengakibatkan insan sebagai objeknya, disebut juga biografi (bios=hidup, graven=menulis). Jadi, dongeng yang berkisar mengenai kehidupan penulis yang ditulis oleh diri sendri atau pelakunya sendiri disebut autobiografi.

Dalam bahasa arab kata “kisah” yang umumnya menunjuk ke masa lampau, justru lebih mengandung dongeng yang benar-benar terjadi pada masa lampau, yakni sejarah. Di dalam bahasa-bahasa nusantara ada beberapa kata yang kurang lebih mengandung arti sejarah ialah “Babad”, yang berasal dari bahasa jawa “tambo”, bahasa minangkabau “tutui teteek”, bahasa Roti “Pustaka” atau “cerita”. Barangkali kata babad ada hubungannya dengan kata “babad” bahasa  jawa dalam arti “memangkas”. Hasil pembabadan ialah suasana terang, dengan demikian babad dalam arti sejarah bertugas unutk mengambarkan suatu keadaan.
Untuk lebih memahami secara lebih mendalam, maka mari kita simak pengertian sejarah di negara lain. Perkataan sejarah dalam bahasa belanda ialah geschiedenis (dari kata geschiede=terjadi). Sedangkan dalam bahasa inggris disebut history, (berasal dari bahasa Yunani “historia”) yang berarti apa yang diketahui dari hasil penyelidikan atau ilmu. Sejarah berarti insiden yang terjadi dalam masyarakat insan di masa lampau.

Selanjutnya, mari kita perhatikan beberapa pendapat mengenai pengertian sejarah yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Dengan penyajian beberapa definisi sejarah dari beberapa ahli, sanggup dijadikan materi perbandingan menuju ke arah spengertian sejarah yang lebih tepat dan benar, serta mempunyai kesadaran sejarah yang mendalam.

Beberapa definisi sejarah yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut :
1. Roeslan Abdulgani, mengemukakan bahwa sejarah ialah ilmu yang meneliti dan memeriksa secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadiannya; dengan maksud untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya, untuk dijadikan perbendaharaan-pedoman bagi evaluasi dan penentuan keadaan masa kini serta arah progres masa depan. Ilmu sejarah menyerupai penghlihatan tiga dimensi; pertama penghlihatan ke masa silam, kedua ke masa sekarang, dan ketiga ke masa yang akan datang. Atau dengan kata lain, dalam penyelididkan masa silam tidak sanggup melepaskan diri dari kenyataan-kenyataan masa sekrang yang sedang dihadapi, dan sedikit banyak tidak sanggup kita melepaskan diri dari perpekstif masa depan.
2. moh. Yamin, SH, memperlihatkan definisi sejarah ialah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa insiden yang sanggup dibuktikan dengan kenyataan.
3. Thomas Caryle, memperlihatkan definisi sejarah ialah insiden masa lampau yang mempelajari biografi orang-orang terkenal. Mereka, ialah penyelamat pada zamannya. Mereka merupakan orang-orang besar yang pernah dicatat sebagai peletak dasar sejarah.
4. Herodos, andal sejarah pertama dunia berkebangsaan Yunani, yang mendapat julukan : The Father of History atau bapak sejarah. Menurut Herodotus sejarah tidak berkembang ke arah depan dengan tujuan yang pasti,  melainkan bergerak mirip garis bundar yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia.
5. Ibnu Khaldun, mendefinisikan sejarah sebagai catatan perihal masyarakat umat insan atau peradaban dunia, perihal perubahan-perubahan yang terjadi pada wakta masyarakat itu.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh di atas tidaklah sama dalam hal isi, taraf dan tujuannya. Namun, sanggup diambil beberapa unsur pokoknya, yakni adanya peristiwa, kisah, dan ilmu sejarah. Dalam hal ini, R. Moh. Ali menyimpulkan definisi sejarah sebagai berikut :
1. Sejarah yaitu ilmu yang memeriksa perkembangan insiden dan kejadian-kejadian di masa lampau.
2. Sejarah yaitu kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa yang bekerjasama dengan manusia, yakni menyangkut perubahan yang kasatmata di dalam kehidupan manusia.
3. Sejarah yaitu dongeng yang tersusun secara sistematis (teratur dan rapi).
Dari definisi Moh. Ali ini sanggup dipahami bahwa sejarah menyangkut seluruh perubahan dan perkembangan kehidupan manusia. Dengan demikian terang juga bahwa yang mempunyai sejarah hanyalah manusia.

Untuk mengungkap kehidupan insan masa lampau, sejarah telah memformulasikan dalam enam pertanyaan, yakni sebagai berikut :
1. What (apa), yang menunjuk kepada insiden yang terjadi pada masa lampau
2. Who (Siapa), yang menunjuk perihal tokoh atau orang yang terlibat dalam peristiwa.
3. When (kapan), menunjuk waktu terjadinya insiden tersebut
4. Where (dimana), menunjuk kepada tempat insiden terjadi.
5. How (bagaimana), menunjuk kepada proses terjadinya insiden tersebut
6. Why (mengapa), menunjuk kepada keterkaitan alasannya ialah tanggapan insiden tersebut.

B. Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni

Kata Sejarah sering kita dengar dalam kehidupan sehari HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH | Pengertian Sejarah | Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni
HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH


1. Sejarah sebagai peristiwa

Dalam mempelajari sejarah, salah satu manfaat yang sanggup kita peroleh ialah manfaat pendidikan. Dari  manfaat ini maka kita sering mendengar ucapan “Belajarlah dari sejarah{“ atau “Sejarah mengajarkan kepada kita” atau “perhatikanlah pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh sejrah”. Dengan demikian, dilema “belajar dari sejarah” ini menyangkut diktu “L’historie se repete’ atau sejarah berulang. Maka kita bertanya : “Benarkah sejarah berulang”

Secara sepintas kita cenderung untuk menjawab dengan tegas “tidak”. Dengan alasan bahwa tidak ada insiden yang sanggup terjadi lagi. Perlawanan pattimura (1817) ; perlawanan kaum paderi (1821-1838), perlawanan diponegoro (1825-1830); perlawanan bali (1846-1905), perlawanan aceh (1871-1904), dan perlawanan-perlawanna kawasan yang lain, demikian juga proklamasi 17 Agustus 1945 tidak akan terjadi lagi, tidak akan terulang lagi. Semua ini sesuai dengan diktum Geschiste isn einmalig atau sejarah hanya terjadi sekali saja.

Jadi, sejarah sebagai insiden yang mungkin terulang lagi (einmalig=terjadi sekali saja). Dengan kata lain, sejarah sebagai peristiwa, hanya sekali terjadi (einmalig).

2. Sejarah sebagai kisah

Sejarah sebagai kisah ialah sejarah yang menyangkut penulisan insiden tersebut oleh seseorang sesuai dengan konteks zamannya dan latar belakangnya. Sejarah sebagai kisah sanggup dikisahkan atau ditulis lagi oleh siapa saja dan kapan saja sehingga ada proses berkelanjutan.
Peristiwa-peristiwa mirip jagoan pattimura 1817: perlawanan kaum paderi (1821-1838), perlawanan diponegoro (1825-1830); perlawanan bali (1846-1905). Perlawanan aceh (1871-1904), Proklamasi 17 Agustus 1945 dan sebagainya sanggup berulang kali ditulis kembali (dikisahkan) oleh penulis sejarah ( sejarawan) atau orang yang berminat pada sejarah, baik oleh angkatan sejarah (Sejarawan) atau orang yang berminat pada sejarah, baik oleh angkatan ’45 ’50 ’66, atau angkatan 2004. Hasil penulisannya berupa karya tulis, sanggup berwujud cerpen, buku atau dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya.
Demikian juga kegiatan upacara peringatan, Proklamasi 17 Agustus sanggup terulang-ulang dimana saja, oleh siapa saja, contohnya di sekolah oleh warga sekolah, di kantor oleh warga kantor, di kampung oleh warga kampung dan sebagainya, yang hingga tahun 2006 telah genap 61 tahun (HUT RI Ke-61). Jadi, peristiwanya hanya sekali (proses tidak berkelanjutan = sejarah obyektif = sejarah sebagai peristiwa), namun kisahnya/peringatannya atau makna dari insiden tersebut sanggup berulang-ulang (Ada proses berkelanjutan = sejarah subyektif-= sejarah sebagai kisah).

3. Sejarah sebagai ilmu

Berdasarkan uraian di atas kita ketahui bahwa sejarah mempunyai beberapa pengertian, yaitu sebagai berikut:
a. Sejarah sebagai insiden ialah menyangkut peristiwanya itu sendiri, yang sekali terjadi, sehingga tidak berulang.
b. Sejarah sebagai kisah ialah menyangkut penulisan kembali insiden tersebut oleh seorang sejarawan/siapa saja yang berminat terhadap sejrah lewat jejak-jejak masa lalu.
Selain sejarah sebagai insiden dan sebagai kisah,sejarah juga sebagai ilmu. Untuk memahami perihal sejarah sebagai ilmu; perlu kiranya mengetahui apa ilmu itu dan apa kriterianya? Ada beberapa jalan untuk mencari pengetahuan, antara lain sebagai berikut:
a. Dengan jalan mendengarkan dongeng orang lain
Pengetahuan yang didapat dari mendengarkan dongeng orang, belum sahih bila belum ada bukti-bukti pengujiannya, alasannya ialah mungkin sekali dongeng itu hanya mengisi waktu luang.
b. Dengan jalan keterangan/penelitian
Pengetahuan yang berdasarkan keterangan, memberi dasar yang kuat, dan kokoh akan pengetahuan kita.
c. Dengan jalan pengalaman sendiri
Pengetahuan berdasarkan pengalaman ada yang berdasarkan kenyataan yang pasti; tetapi derajat kebenarannya tergantung akan ketajaman pengetahuan kita.

Untuk membedakan pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan penelitian sanggup diberikan beberpaa referensi sebagai berikut:

Seorang petani memakai pupuk untuk tanamannya lantaran berdasarkan pengalamannya, tumbuhan yang dipupuk memperlihatkan hasil lebih baik daripada tanaamn yang tidak dipupuk. Pengetahuan tersebut berdasarkan pengalamannya  sendiri. Lain halnya spesialis tanaman, memperlihatkan pupuk pada tumbuhan berdasarkan penyelidikan/penelitian, bahwa tumbuhan itu memerlukan jenis pupuk tertentu dan pada saat-saat tertentu sehingga alhasil baik.

Kedua referensi tersebut di atas sama-sama pengetahuan untuk memupuk tanaman. Pengetahuan yang didapat berdasarkan pengalaman, disebut pengetahuan pengalaman, disebut pengetahuan pengalaman atau sering disingkat pengalaman. Adapun pengetrahuan yang didapat berdasarkan penelitian disebut ilmu. Suatu pengetahuan disebut ilmu bila memenuhi beberapa kriteria, yakni : (1) mempunyai metode yang efisien, ilmu bila memnuhi beberapa kriteria, yakni (1) mempunyai metode yang efisien, (2) mempunyai obyek yang definitif, (3) mempunyai formulasi kebenaran yang umum, (4) adanya penyusunan yang sistematis, dan (5)  mempunyai kebenaran yang obyektif.

Dari uraian di atas mengenai ciri-ciri ilmu, bagaiaman dengan  sejarah? Jelaslah bahwa sejrah juga termasuk ilmu tersendiri, lantaran mempunyai persyaratan sebagai ilmu, yakni :
a. Memiliki tujuan
ilmu mempunyai tujuan sendiri untuk membedkan dengan ilmu yang lain. Artinya, dengan mempunyai tujuan, sesuatu ilmu akan dibatasi oleh objek material atau sasaran yang jelas. Misalnya, objek ilmu kedokteran ialah insan dan masyarakat dengan sasaran pokok tubuh insan (misalnya penyakit). Dengan demikian fokus usahanya ialah usaha untuk menyembuhkan supaya insan menjadi sehat. Ilmu kedokteran juga bertujuan untuk memanfaatkan ilmu dan teknologi kedokteran demi untuk menjaga kesehatan insan dan masyarakt.
Sementara itu, objek kajian sejarah ialah kehiduapn insan masa lampau, yang selanjutnya sanggup dikaitkan dengan kehidupan masa kini dan masa ynag akan tiba sebagai keontinuitas kehidupan. Sejarah mempunyai ruang lingkup yang jelas, yakni apa yang dipikirkan, dilakukan, dan dirasakan oleh manusia.

b. Memiliki metode
Metode dalam arti yang luas ialah cara atau jalan untuk melaksanakan seseuatu berdasarkan aturan tertentu. Dengan memakai metode, maka seseorang sanggup melaksanakan kegiatan secara lebih terarah. Dengan demikian kegaitan tersebut bersifat lebih mudah sehingga sanggup mencapai hasil maksimal. Kumpulan pengetahuan yang mempunyai metode akan sanggup tersusunn secara lebih terarah, lebih teratur serta lebih gampang dipelajarii. Tanpa suatu metode, suatu pengetahuan mengenai apapun tidak sanggup digolongkan ke dalam ilmu.
Sejarah mempunyai metode tersendiri dalam kerangka penelitiannya, yakni metode sejarah mencakup pengumpulan, mengadakan evaluasi sumber (kritik), penafsiran data dan penyajian dalam bentuk dongeng sejarah (historiografi).

c. Pemikiran yang rasional
Ilmu hanya sanggup dipahami dengan budi pikiran yakni dengan memakai budi sehat yang sehat. Analisis yng dilakukan terhadap sejumlah pengetahuan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sanggup diterima oleh aturan-aturan logika untuk mencapai suatu kesimpulan. Proses penyimpulan disebut penalaran.
Demikian pula dengan syariah apa yang disajikan dalam bentuk sejarah diusahakan sejauh mungkin mendekati mirip peristiwanya. Hal ini sanggup dilakukan dengan analisis data secara ilmiah dengan memakai rasio.

d. Penyusunan yang sistematis
Penyusunan secara sistematis memungkinkan pengetahuan yang diteliti saling berkaitan dengan bidang ilmu lain sehingga merupakan suatu kesatuan yang saling bekerjasama satu sama lain.Dengan demikian, aneka macam pengetahuan tersebut tidak saling bertentangan melainkan sanggup runtut dan konsisten. Jadi, yang dimaksud dengan ilmu bukan hanya sekedar kumpulan pengetahuan yang terkumpul menjadi satu.
Penyusunan secara sistematis pengetahuan sejarah mulai dari langkah yang pertama (pengumpulan sumber) hingga dengan yang terakhir (penulisan sejarah sebagai kisah).

e. Kebenaran bersifat objektif
Pengetahuan ilmia sanggup dikomunikasikan dengan orang lain dan kebenarannya sanggup diterima oleh orang lain juga, lantaran sesuai dengan kenyataan (objektif). Sejarah sepanjang menyangkut perihal fakta ialah objektif. Oleh lantaran fakta sejarha objektif, maka penulisannya harus berdasarkan fakta tersebut. Dengan demikian, sejarah memilik kebenaran objektif.
Dengan kriteria mirip tersebut di atas, maka terang bahwa sejarah sanggup dimasukkan dalam ilmu tersendiri. Makara ilmu sejarah memperoleh kedudukan sebagai ilmu setelah pelbagai insiden sejah itu disoroti sebagai suatu permasalah dengan cara menganalisis korelasi alasannya ialah tanggapan sedemikian rupa, sehingga sanggup ditemukan hukum-hukum sejarah tertentu yang menjadi patoka bagi terjadinya peristiwa.

f. Sejarah sebagai seni
Satu pertanyaan yang terbesit dalam pemikiran kita setelah mengetahui bahwa sejarah merupakan ilmu tersendiri lantaran aneka macam kriteria yang dimilikinya, yaitu mengapa sejarah juga sebagai seni?
Apabila seseorang menulis (Sejarah sebgai kisah), berdasarkan jejak-jejak maka sumber itu merupakan sumber lepas dan belum dianggap sejarah. Hasil penyusunan penulisan sejarh sebagai kisah. Bahan-bahan lepas, daftar atau deretan angka-angka tahun serta catatan-catatan insiden itu semuanya gres merupakan kronik, dan bukan sejarah. Semuanya gres sanggup dikatakan sejarah setelah dirangkai, disusun oleh seorang sejarawan atau peminat sejarah dengan memakai metode sejarah. Dengan demikian terang bahwa, meskipun seseorang menulis suatu kisah/sejarah berdasarkan sumber-sumber yang sama belum tentu alhasil akan sama. Perbedaan itu bukan dalam data, atau pun sumbernya, tetapi penafsirannya dan penyimpulannya. Sebab latar belakang penulis juga ikut mewarnainya, mirip pendidikan, falsafah hidupnya, dan pengalaman, begitu juga penuturannya.
Jadi meskipun sejarah disusun berdasarkan bahan-bahan secara ilmiah, tetapi penyajiannya menyangkut soal keindahan bahasa, dan seni penulisan : maka kita cenderung untuk menyimpulkan bahwa sejarah termasuk juga sebagai karya seni, tetapi yang benar-benar seni juga tidak, alasannya ialah proses penelitiannya dilakukan secara ilmiah.
Dengan demikian jelaslah bahwa dalam proses penelitiannya sumber sejarah bersifat ilmiah, tetapi dalam taraf penulisannya sejarah bersifat seni.

C. Periodisasi dan kronologi

1. Periodisasi
Klasifikasi dalam ilmu sejarah menghasilkan pembagian zaman, periode, babakan waktu atau masa. Kurun ialah satu kesatuan waktu yang isi, bentuk dan waktunya tertentu.
Dalam periodisasi diadakan serialisasi rangkaian babakan berdasarkan urutan zaman. Sejarah dibagi-bagi menjadi zaman-zaman dengan ciri-cirinya masing-masing. Periodisasi sangat penting dalam histiografi lantaran merupakan batang tubuh dongeng sejarah. Periodisasi mengungkapkan ikhtisar sejarah dan di dalamnnya harus sanggup dikenali jiwa atau semangat setiap zaman, masing-masing pola dan struktur urutan kejadian, atau peristiwa-peristiwa. Periodisasi sanggup disusun berdasarkan perkembangan politik, perekonomian, kesenian, agama dan sebagainya. Setiap penulis sejarah bebas menentukan/memilih periodisasi, yang mencerminkan keyakinannya, pendiriannya, dan visi sejarahnya.
a. Pengertian Periodisasi
Periodisasi atau pembabakan waktu ialah salah satu proses strukturisasi waktu dalam sejarah dengan pembagian atas beberapa babak, zaman atau periode. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang begitu banyak dibagi-bagi dan dikelompokkan berdasarkan sifat, unit atau bentuk sehingga membentuk satu kesatuan waktu tertentu. Periodisasi atau pembagian babakan waktu merupakan inti dongeng sejarah.
b. Tujuan periodisasi
Mengetahui pembabakan waktu sejarah akan sangat bermanfaat bukan saja bagi penulis sejarah akan tetapi juga bagi para pembaca/penggemar dongeng sejarah apalagi bagi apara siswa yang berguru ilmu sejarah. Cerita sejarah yang ditulis para sejarawan dengan menempatkan skenario insiden sejarah dalam setting babakan waktu, akan sangat memudahkan serta menarik para pembaca atau siswa untuk mengetahui insiden sejarah secara kronologis.

Adapun tujuan dari pembabakan waktu ialah sebagai berikut :
1. Melakukan penyederhanaan
Gerak pikiran dalam usaha mengerti ialah melaksanakan penyederhanaan. Begitu bayaknya peristiwa-peristiwa sejarah yang beraneka ragam disusun menjadi sederhana, sehingga mendapat ikhtisar yang gampang dimengerti.
2. Memudahkan penjabaran dalam ilmu sejarah
Klasifikasi dalm ilmu akan meletakkan dasar pembagian jenis, golongan suku, bangsa dan seterusnya. Klasifikasi dalam ilmu sejarah meletakkan dasar babakan waktu. Masa kemudian yang tidak terbatas insiden dan waktunya dipastikan isi, bentuk dan waktunya menjadi bagian-bagian babakan waktu.
3. Mengetahui insiden sejah secara kronologis
Menguraikan peristwa sejarah secara kronologis akan memudahkan pemecahan suatu masalah. Ahli kronologi mengambarkan perlbagai tarikh, atau sistem pemenggalan yang telah digunakan diperlbagai tempat dan waktu, memungkinkan kita untuk menerjemahkan pemenggalan dari satu tarikh ke tarikh yang lain.
4. Memudahkan pengertian
Gambaran peristiwa-peristiwa masa lampau yang sedemikian banyak itu dikelompokkan-kelompokkan, disederhanakan, dan diiktisarkan menjadi satu tatanan (orde), sehingga memudahkan pengertian.
5. untuk memenuhi persyaratann sistematika ilmu pengetahuan
Jadi, tujuan diadakannya periodisasi ialah untuk mengadakan tinjauan menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa dan saling hubungannya dengan aneka macam aspeknya. Pelaksanaan periodisasi yang paling gampang ialah dengan pembabakan yang disusun berdasarkan urutan abad. Akan tetapi, periodisasi yang demikian mempunyai kelemahan tidak mengungkapkan corak yang khas pada zaman yang ditinjau.
Semua insiden atau insiden selama 100 tahun dikumpulkan menjadi satu himpunan cerita, maka tampakla cerita-cerita secara tersusun berdasarkan abad. Inti deretan itu ialah 0 (teoritis) yang membagi dua deretan tersebut, mirip dalam referensi berikut ini :
7 !6 !5 !4 !3 !2 !1 !0 !1 !2 !3 !4 !5 !6 !7 !8 !9 !10
Masa sebelum masehi (SM/BC), masa setelah masehi (M/AD)
Ada juga periodisasi berdasarkan zaman (Sejarah eropa) :
I. Zaman kuno : 476 AD.
II. Zaman pertengahan : 476-1453 AD
III. Zaman gres : 1453-1789
IV. Zaman terbaru : 1789 - .....
Selanjutnya ada perbaikan sehingga muncul periodisasi sebagai berikut :
1. Pre-History (Pra sejarah)
2. Proto Hisyory (Mula sejarah)
3. Ancient History (Sejarah Kuno)
4. Middle Age (Zaman pertengahan)
5. The Early Modern Period (Permulaan zaman modern)
6. The Nineteenth (Abad ke-19)
7. Two world war and The Inter World Period (Dua perang dan masa antara dua perang dunia)
8. The Post War Period (Masa setelah perang)

Periodisasi juga sanggup dibentuk berdasarkan urutan pergantian dinasti-dinasti. Sejarah mesir kuno dan cina kuno misalnya, ialah referensi periodisasi yang lazim digunakan : demikian juga sejarah jawa.

Contoh Periodisasi cina :
1. Dinasti Shang : 1450 – 1050 SM
2. Dinasti Chou : 1050 – 247 SM
3. Dinasti Chin : 256-207 SM
4. Dinasti Han : 206 – 207 SM
5. Dinasti Sui : 580-618 M
6. Dinasti Tang : 618 – 906 M
7. Dinasti Mongol : 1280 – 1369 M
8. Dinasti Ming : 1368 – 1644 M
9. Dinasti Mancu : 1644-1911 M
10. Republik : 1911 – ....

Uraian di atas merupakan periodisasi sejarah dunia. Bagaimanakah sejarah di indonesia? Dua tokoh yang memberikan periodisasi sejarah di indonesia yaitu :
1. H.J. de Graff
2. Moh. Yamin
Bila kita cermati, masih banyak lagi periodisasi yang sanggup dibentuk untuk sejarah indonesia ; apalagi indonesia kini sudah memasuki zaman reformasi, sehingga rentangan sejarah indonesia dari zaman prasejarah hingga zaman reformasi menjadi garapan tersendiri bagi para sejarawan indonesia di masa kini.
Masih banyak referensi adanya periodisasi, yang dibentuk untuk sejarah insan : Apalagi indonesia kini sudah memasuki zaman reformasi, sehingga rentangan sejarah indonseisa dari zaman prasejarah hingga zaman reformasi menjadi garapan tersendiri bagi para sejarawan indonesia di masa kini.
Masih banyak referensi adanya periodisasi, yang dibentuk oleh tokoh-tokoh sejarah. Satu hal yang perlu diperhatikan dan dipahami bahwa dalam periodisasi dan terdapat banytak unsur/faktor yang sanggup digunakan sebagai kriteria untuk menyusun pembagian waktu, mirip : Faktor geografis, kronologis, keluarga/dinasti, usaha manusia, ekonomi, teori evolusi dan sebagainya.
2. Kronologi
Ilmu sejarah meneliti dan mengkaji insiden kehidupan insan masa lampau : jadi menyangkut konsep waktu. Adapun konsep waktu dalam sejarah berdimensi tiga, yakni masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan tiba (the past, the present, and the future). Itulang pemenggalan waktu atas dasar kesadaran manusia. Jika batas-batas waktu dalam tiga dimensi dahulu, sekaran dan yang akan tiba dihilangkan, maka sang waktu benar-benar berpankal dan tidak berujung. Begitulah penentuan waktu, sangat penting sekali sebagai batas tinjauan kerangka gerak sejarah. Dalam ilmu sejarah, dimensi waktu merupakan unsur penting.
Waktu perlu dibentuk batasan awal dan final yang disebut kurun waktu atau babakan waktu (periode/peridisasi) secara berurutan (succession), yaitu prinsip kronologi dalam sejarah. Menurut Alexander D. Xenopol, insiden berulang dipelajari oleh ilmu Pengetahuan Alam (IPA); sedangkan insiden berurutan merupakan obyek studi sejarah sebagai ilmu. Dengan demikian insiden berurutan merupakan obyek stud sejarah sebagai ilmu, lantaran sejarah menitikberatkan urutan (succesion, chronology) sebagai pokok penelitian. Urutan yang dimaksud ialah pertumbuhan dan perkembangan dalam esensi pengertian perubahan, baik evolusi maupun revolusi.

D. Kegunaan sejarah

Sejarah ialah pengalaman masa lampau, oleh alasannya ialah itu apabila dipelajari dengan baik dan benar akan banyak gunanya, banyak manfaatnya, serta mempunyai arti penting dalam kehidupan masyarakat.
Banyak tokoh yang mengemukakan pendapatnya mengenai kegunaan sejarah, antara lain C.P. Hill (1956) yang menyatakan bahwa mempelajari sejarah banyak kegunaanya bagi penerima didik, antara lain :
1. Secara unik sanggup memuaskan rasa ingin tahu perihal orang lain, perihal kehidupan para tokoh/pahlawan, perbautan, dan cita-citanya dan juga sanggup membangkitkan kekaguman perihal kehidupan insan masa lampau.
2. Melalui pengajaran sejarah sanggup dibandingkan kehidupan zaman kini dengan masa lampau
3. Melalui pengajaran sejarah sanggup diwariskan kebudayaan umat manusia
4. Lewat pengajaran sejarah di sekolah-sekolah sanggup membantu menyebarkan cinta tanah air di kalangan para siswa

Hubungannya dengan pengajaran, Sartono Kartodirjo (1922) menyampaikan bahwa sejarah mempunyai kegunaan genetis dan didaktis. Dengan pengetahuan sejarah dimaksudkan supaya generasi berikut sanggup mengambil pesan yang tersirat dan pelajaran dari pengalaman nenek moyang. Di samping itu suri tauladan mereka sanggup menjadi model bagi keturunannya. Selanjutnya Nugroho Notosanto (1979) mengungkapkan bahwa dengan mempelajari sejarah akan mempunyai wawasan sejarah. Dengan wawasan sejarah sanggup mengkonsepkan proses sejarah yang berkhasiat untuk mengantisipasi masa depan.

Dengan demikian mempelajari sejarah banyak kegunaanya/manfaatnya, antara lain sebagai berikut :
1. Memberikan kesadaran waktu
Kesadaran waktu yang dimaksud ialah kehidupan dengan segala perubahan, pertumbuhan, dan perkembangannya terus berjalan melewati waktu. Kesadaran itu dikenal juga sebagai kesadaran akan adanya gerak sejarah. Kesadaran tersebut memandang peristiwa-peristiwa sejarah sebagai sesuatu yang terus bergerak dari masa silam bermuara ke masa kini dan berlanjut ke masa depan.
2. Memberi pelajaran
Sejarah memperlihatkan pelajaran, sering kita mendengar ucapan : “Belajarlah dari sejarah”. Dengan mempelajari sejarah seseorang atau suatu bangsa, kita akan bercermin dan menilai peristiwa-peristiwa masa lampau yang merupakan kegagalan. Peristiwa-peristiwa sejarah pada masa lampau, baik yang positif maupaun yang negatif dijadikan hikmah. Untuk nilai-nilai positif yakni keberhasilan-keberhasilan kita pertahankan dan kita tingkatkan, sebaliknya untuk nilai-nilai negatif, kesalahan-kesalahan masa silam tidak terulang laigi. Dengan ini terang bahwa sejarah memperlihatkan pelajaran yang sanggup memperlihatkan kearifan dan kebijaksanaan bagi yang mempelajarinya. Pepatah jawa menyampaikan “MIKUL DHUWUR MENDEM JERO”

3. Sumber Inspirasi (ilham)
Inspirasi berarti memperlihatkan inspirasi atau semangat yang berkaitan dengan pelajaran sejarah perihal semangat nasionalism Dan patriotisme. Dapat juga dikatakan sejarah berfungsi untuk menumbuhkan semangat nasionalisme, cinta bangsa dan tanah air. Fungsi sejarah ini sangat disadari terutama dalam hal yang disebut nation builiding contohnya ingin melestarikan nilai-nilai usaha 1945 mirip persatuan dan kesatuan, rela berkorban, berjuang tanpa pamrih, semangat bahu-membahu dan sebagainya. Dengan demikian, berguru sejarah akan memperkukuh rasa kebangsaan, cinta bangsa, dan tanah air.

4. Memberikan ketgasan identitas Nasional dan kepribadian suatu bangsa
Identitas nasional dan kepribadian suatu bangsa terbentuk dari keseluruhan pengalaman sejarah suatu bangsa tersebut. Oleh lantaran setap bangsa mempunyai pengalaman sejarah yang berbeda-beda, maka identitas dan kepriabdian suatu bangsa juga berbeda-beda. Itulah sebabnya, kepribadian seseorang atau bangsa bersifat unik. Dengan mempelajari sejarah akan lebih memperjelas identitas nasional dan kepribadian bangsa.

5. Memberikan hiburan
Dengan mempelajari sejarah yang indah dan menarik perihal suatu tokoh atau peristiwa, maka akan memperoleh hiburan. Dengan mempelajari kisah-kisah sejarah di tempat yang jauh, di negara-negara lain, maka seperti kita bertamasya dan memperlihatkan kepuasan dalam bentuk “pesona perlawatan”.

Fungsi pengajaran sejarah juga terlihat dari ungkapan latin “Historia magistra vitae” yang artinya “sejarah guru kehidupan”. Frederic Harrison secara lengkap menyatakan bahwa sejarah : “Mengajarkan kepada kita sesuatu perihal kemajuan umat manusia, bahwa sejarah itu menceritakan kepada kita beberapa semangat luhur yang meninggalkan jejak-jejaknya sepanjang masa, bahwa sejarah itu memperlihatkan kepada kita bagaimana bangsa-bangsa di muka bumi ini saling berjalin dalam satu tujuan dan mempunyai tujuan-tujuan mulia yang telah memancarkan kesadaran kemanusiaan”, dengan demikian sejarah mempunyai arti dan peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat.

Demikianlah HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH | Pengertian Sejarah | Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni. Semoga bermanfaat :)

Tradisi Dalam Kehidupan Masyarakat | Cara Masyarakat Era Praaksara Mewariskan Era Lampaunya

Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya - Setelah kemarin kita membahas perihal HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH | Pengertian Sejarah | Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni sekarang kita membahas Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakt masa Praaksara mewarsikan masa lampaunya.  Sejarah merupakan pengalaman kehidupan mansuia di masa lampau, sedangkan salah satu fungsi sejarah yaitu untuk menawarkan identitas kepada masyarakatnya. Sebuah masyarakat dengan banyak sekali identitasnya, mirip budaya, norma-norma, dan watak istiadatnya, pastilah memiliki jejak-jejak sejarahnya di masa lampau. Dengan demikian, kisah sejarah dianggap perlu untuk memperlihatkan identitas atau jati dirinya yang berbeda dengan masyarakat yang lain. Kisah sejarah juga dianggap perlu sebagai pengalaman kolektif di masa lampau. Dengan demikian, kisah sejarah yang sanggup menjelaskan keberadaan suatu masyarakat atau tempat dianggap penting, baik pada masa masyarakat sebelum mengenal goresan pena (praaksara) maupun setelah mengenal goresan pena (masa aksara).

Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya
Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya


Tradisi Lisan sebagai sebuah karya sejarah tradisional tidak memakai mekanisme penulisan sejarah ilmiah. Karya-Karya yang disebarkan melalui tradisi verbal seringkali memuat sesuatu yang bersifat supranatural di luar jangkauan pemikiran manusia. Dalam karya-karya tersebut antara fakta dan imajinasi serta fantasi bercampur baur.

Tradisi verbal ini  antara lain berupa mitos, legenda, dan dongeng. Tradisi verbal ini diwariskan dan disebarluaskan sebagai milik bersama. Di samping itu, tradisi verbal juga menjadi simbol identitas bersama.
Di dalam keraton banyak ditemukan banyak sekali macam lambang dalam segi kehidupan, dimulaui dari bentuk dan cara mengatur bangunan, mengatur penanaman pohon yang dianggap kramat, mengatur tempat duduk, menyimpan dan memelihara pusaka, macam pakaian yang dikenakan dan cara mengenakannya, bahasa yang harus dipakai, tingkah laku, pemilihan warna dan seterusnya. Keraton juga menyimpan dan melestarikan nilai-nilai lama. Mitos yang sangat kuat terhadap kehidupan masyarakat dan komunitas keraton yaitu mitos kanjeng ratu kidul.

Kedudukan mitos itu sangat menonjol, alasannya tanpa mengenal mitos Kanjeng Ratu kidul, orang tidak akan sanggup mengerti makna dari tarian sakral Bedhaya ketawang, yang semenjak paku Buwana C naik tahta, setiap setahun sekali tarian itu dipergelarkan pada program ulang tahun penobatan raja. Tanpa mengenal mitos itu makna panggung sangga buwana akan sulit dipahami, demikian pula mengenai mitos yang dulu dikenal rakyat sebagai lampor.

Terdapat banyak sekali macam versi mitos kanjeng Ratu kidul antara lain berdasarkan dongeng pujangga Yosodipuro. Di kerajaan kediri, terdapat seorang putra Raja Jenggal yang berama Raden Panji sekar Taji yang pergi meninggalkan kerajaannya untuk mencari tempat kekuasaan baru. Pada masa pencariannya sampailah ia di hutan sigaluh yang di dalamnya terdapat pohon beringin berdaun putih dan bersulur panjang yang berjulukan Waringin putih. Pohon itu ternyata merupakan sentra kerajaan para lelembut (makhluk halus) dengan sang Prabu Banjaran Seta sebagai rajanya.

Berdasarkan keyakinannya akan tempat itu, Raden Panji Sekar Taji melaksanakan pembabatan hutan sehingga pohon Waringin putih tersebut ikut terbabat. Dengan terbabatnya pohon itu si raja lelembut yaitu Prabu Banjaran Seta merasa bahagia dan sanggup menyempurnakan hidupnya dengan pribadi musnah ke alam sebenarnya. Kemusnahannya berwujud suatu cahaya yang kemudian pribadi masuk ke badan Raden Panji sekar Taji sehingga mengakibatkan dirinya bertambah sakti.

            Alkisah, Retnaning Dyah Angin-Angin yaitu saudara perempuan Prabu Banjaran Seta yang kemudian menikah dengan Raden Panji Sekar Taji yang selanjutnya dinobatkan sebagai raja. Dari hasil perkawinannya, pada hari selasa kliwon lahirlah putri yang berjulukan Ratu Hayu. Pada ketika kelahiran putri ini, berdasarkan dongeng dihadiri oleh para bidadari dan semua makhluk halus. Putri tersebut diberi nama oleh eyangnya (Eyang sindhula), Ratu pegedong, dengan cita-cita nantinya akan menjadi perempuan tercantik di jagat raya. Setelah cukup umur ia benar-benar menjadi perempuan yang bagus tanpa cacat atau tepat dan wajahnya mirip dengan wajah ibunya bagaikan pinang dibelah dua. Pada suatu hari, Ratu Hayu atau Ratu Pagedongan menajdi perempuan yang bagus menangis memohon kepada eyangnya supaya kecantikan yang dimilikinya abadi. Dengan kesaktian eyang sindhula, akibatnya permohonan Ratu Pagedongan menjadi perempuan yang cantik, tidak pernah renta atau keriput dan tidak pernah mati hingga hari simpulan zaman dikabulkan, dengan syarat ia akan berubah sifatnya menjadi makhlus halus yang sakti mandra guna (tidak ada yang sanggup mengalahkannya).

Setelah menjelma makhluk halus, oleh sang ayah, putri pagedongan diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk memerintah seluruh wilayah maritim selatan serta menguasai Seluruh makhluk halus di seluruh pulau jawa. Selama hidupnya Ratu Pagedongan tidak memiliki pendamping tetapi ia diramalkan bahwa suatu ketika ia akan bertemu dengan raja agung (hebat) yang memerintah di tanah jawa. Sejak ketika itu ia menjadi ratu dari rakyat makhluk halus dan berkuasa penuh di maritim selatan.
Kekuasaan ratu kidul di maritim selatan juga tertulis dalam serat Wedatama yang berbunyi :

Wikan Wengkoning Samodra
Kederan Wus den Ideri,
Kinemat Kamot hing driya
Rinegan segegem dadi
Dumadya angratoni,
Nenggih Kanjeng Ratu kidul,
Ndedel nggayuh Nggegana,
Umara marak maripih,
Sor prabawa lan wong agung Ngeksiganda,
Diterjemahkan :
Tahu akan batas samudra
Semua telah dijelajahi
Dipesona nya masuk hati
Digenggam satu menjadi
Jadilah ia merajai
Syahdan sang ratu kidul
Terbang tinggi mengangkasa
Lalu tiba bersembah
Kalah perbawa terhadap
Junjungan Mataram
[Setubuh alamai-senyawa illahi]

Yang artinya : Mengetahui/mengerti betapa kekuasaan samudra, seluruhnya sudah dilalui/dihayati, dirasakan, dan meresap dalam sanubari, menyerupai digenggam menjadi satu genggaman, sehingga terkuasai. Tersebutlah kanjeng Ratu kidul, naik ke angkasa, tiba menghadap dengan hormat, kalah wibawa dengan raja mataram.

Ada Versi lain dari masyarakat sunda (jawa barat) yang menceritakan bahwa pada zaman kerajaan pajajaran, terdapat seorang putri raja yang buruk rupa dan mengidap penyakit kulit bersisik sehingga bentuk dan seluruh tubuhnya buruk tidak terawat. Oleh alasannya itu, ia diusir dari kerajaan oleh saudara-saudaranya alasannya merasa aib memiliki saudara yang berpenyakitan mirip dia. Dengan perasaan sedih dan kecewa, sang putri kemudian bunuh diri dengan mencebur ke maritim selatan.

Pada suatu hari rombongan kerajaan Pajajaran mengadakan selametan di Pelabuhan Ratu. Pada ketika mereka tengah khusuk berdo’a munculla si putri yang bagus dan mereka tidak mengerti mengapa ia berada di situ, kemudia si putri menjelaskan bahwa ia yaitu putri kerajaan pajajaran yang diusir oleh kerajaan dan bunuh diri di maritim selatan, tetapi kini telah menjadi ratu makhluk halus dan menguasai seluruh maritim selatan. Selanjutnya oleh masyarakat, ia dikenal sebagai ratu kidul.


Dari cerita-cerita mitos perihal kanjeng ratu kidul, jelaslah bahwa kanjeng Ratu kidul yaitu penguasa lautan yang bertahta di maritim selatan dengan kerajaan yang berjulukan Keraton Bale Sokodhomas.

Demikianlah. Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya. Semoga bermanfaat. 



Tag : Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa LampaunyaTradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya,Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya, Tradisi Dalam kehidupan masyarakat | Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa Lampaunya