Hewan Yang Telah Punah Gara-Gara Kelakuan Manusia

Beruang Atlas


Beruang Atlas (Ursus arctos crowtheri) ialah subspesies dari beruang coklat, namun kadang dianggap sebagai spesies yang berbeda. Beruang ini ialah satu-satunya beruang orisinil Afrika. Beruang ini hidup di Pegunungan Atlas dan sekitarnya, dari Maroko hingga Libya, dan dianggap sudah punah. Ribuan beruang ini diburu untuk olahraga, venatio, atau sanksi para penjahat ad bestias dikala pembesaran kawasan kekuasaan Kekaisaran Romawi hingga Afrika Utara. Spesimen terakhirnya kemungkinan dibunuh oleh pemburu pada tahun 1870-an di gunung Rif di Maroko utara.

DODO
 
Dodo (Raphus cucullatus) ialah burung yang tak sanggup terbang yang pernah hidup di Pulau Mauritius. Burung ini bekerjasama dengan merpati. Burung ini mempunyai tinggi sekitar satu meter, pemakan buah-buahan, dan bersarang di tanah.
Dodo punah antara pertengahan hingga selesai kurun ke-17. Kepunahannya sering dijadikan arketipe lantaran terjadi dalam sejarah insan dan jawaban kegiatan manusia.

Elang haast

Elang haast (Harpagornis moorei), ialah salah elang raksasa yang kini telah punah dan dulunya hidup di Pulau Selatan, Selandia Baru. Binatang ini juga dikenal sebagai Elang Harpagornis yang merupakan elang terbesar yang pernah hidup. Binatang ini dipercaya oleh suku Māori dengan menyebut Pouakai; nama yang sering digunakan Hokioi (atau hakawai) yang mengacu pada angkasa yang dihiasi Berkik Selandia Baru — yang secara rinci, subspesies Pulau Selatan yang telah punah.

Emu tasmania 
 
Emu tasmania (Dromaius novaehollandiae diemenensis) ialah subspesies Emu yang telah punah. Binatang ini ditemukan di Tasmania dimana binatang ini terisolasi selama Pleistocene Akhir. Sebagai kontradiksi terhadap takson emu pulau lain, Emu Pulau King dan Emu Pulau Kangguru, populasi di Tasmania cukup besar, yang berarti bahwa di sana tidak ada tanda penyebab ukuran populasi kecil sebagai dua lainnya yang terisolasi. Walau begitu, Emu tasmania tidak mempunyai kemajuan pribadi dimana jenis ini sanggup dipertimbangkan spesies yang jelas, dan bahkan statusnya sebagai subspesies terang tidak secara keseluruhan disetujui sebagai binatang ini disetujui dengan unggas daratan pada pengukuran dan abjad luar yang digunakan untuk membedakan binatang ini - warna keputihan sebagai ganti hitam pada leher dan kerongkongan dan cuilan leher yang tak berbulu - kelihatannya juga ditampilkan, sekalipun langka, dalam beberapa burung darat. Saat ini, binatang ini kelihatannya hanya diketahui dari tulang subfosil, kulit yang pernah hidup sekali telah hilang.

Harimau Bali 
 
Harimau Bali (Panthera tigris balica) ialah subspesies harimau yang sudah punah dan pernah mendiami pulau Bali, Indonesia. Harimau ini ialah salah satu dari tiga sub-spesies harimau di Indonesia bersama dengan harimau Jawa (juga telah punah) dan harimau Sumatera (spesies terancam).
Harimau ini ialah harimau terkecil dari ketiga sub-spesies; harimau terakhir ditembak pada tahun 1925, dan sub-spesies ini dinyatakan punah pada tanggal 27 September 1937. Sub-spesies ini punah lantaran kehilangan habitat dan perburuan.

Harimau Jawa
 
Harimau Jawa ialah jenis harimau yang hidup di Kepulauan Jawa. Harimau ini dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, jawaban perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis. Ada kemungkinan kepunahan ini terjadi di sekitar tahun 1950-an dikala diperkirakan hanya tinggal 25 ekor jenis harimau ini. Terakhir kali ada sinyalemen dari harimau Jawa ialah pada tahun 1972. Pada tahun 1979, ada gejala bahwa tinggal 3 ekor harimau hidup di pulau Jawa. Kemungkinan kecil binatang ini belum punah. Pada tahun 1990-an ada beberapa laporan wacana keberadaan binatang ini, walaupun hal ini tidak sanggup diverfikasi.

Moa
 
Moa ialah burung orisinil Selandia Baru yang tidak sanggup terbang. Mereka unik lantaran tidak mempunyai sayap, bahkan tidak mempunyai sayap kecil. Limabelas spesies pada besar yang bervariasi, dengan yang terbesar, moa raksasa (Dinornis robustus dan Dinornis novaezelandiae), mencapai tinggi sekitar 3.6 m dan berat 250 kg. Mereka ialah binatang herbivora di ekosistem hutam Selandia Baru. Daun, ranting dan buah memainkan tugas penting untuk masakan mereka.
Moa diburu oleh elang Haast, elang terbesar di dunia yang juga telah punah. Kepunahan moa diakibatkan oleh perburuan dan pencucian hutan oleh suku Māori. Semua Moa diperkirakan tewas pada tahun 1500.

Moa raksasa
 
Moa raksasa (Dinornis) ialah genus burung ratite yang sudah punah yang masuk kedalam famili moa. Spesies ini endemik terhadap Selandia Baru.
Dinornis merupakan salah satu burung terbesar yang pernah hidup. Burung ini mempunyai tinggi 3 m dan berat 300 kg. Sayapnya berwarna coklat kemerahan dan mirip rambut, dan menutupi hampir seluruh badan kecuali cuilan bawah kaki dan kebanyakan kepala. Kakinya besar dan kuat, dan burung ini mempunyai leher panjang yang menciptakan mereka sanggup mencapai tumbuhan tinggi.
Moa raksasa, mirip moa lainnya, dihabisi oleh koloni insan yang memburunya untuk makanan. Semua taxa pada genus ini punah pada tahun 1500 di Selandia Baru.

Quagga
 
Quagga yang mirip zebra dan pernah ditemukan dalam jumlah besar di Afrika Selatan. Quagga sanggup dibedakan dari zebra lain dengan mempunyai tanda pada cuilan depan tubuh. Quagga merupakan adonan dari kuda dan zebra. Nama Quagga berasal dari kata Khoikhoi untuk zebra. Quagga punah jawaban perburuan oleh insan yang berusaha menerima daging dan kulitnya.

Walabi-Kelinci Timur

Walabi-Kelinci Timur (Inggris Eastern Hare-Wallaby; Latin Lagorchestes leporides) ialah salah satu spesies Walabi yang telah punah. Binatang ini dahulu hidup di dataran pedalaman Australia tenggara dan mempunyai kebiasaan hidup mirip kelinci. Binatang ini mempunyai posisi istirahat yang unik pada siang hari, biasanya di bawah pemberian serumpun rumput ilalang tussock. Jika binatang ini didekati, maka ia akan meloncat dengan kecepatan penuh. Seekor wallabi yang dikejar pemangsa atau pemburu pada jarak 500 meter akan menjiplak lompatannya dengan tiba-tiba dan kembali dalam 6 meter dan sanggup melompat setinggi 1,8 meter. Hal ini terjadi pada John Gould yang dilompati kepalanya oleh seekor wallabi-kelinci.
Binatang ini dulu merupakan spesies yang umum, namun mungkin bersaing dengan sapi atau domba. Bisa juga ia terkena imbas jelek contoh terbakarnya ladang yang berubah atau lantaran penyebaran kucing. Catatan terakhir melaporkan adanya spesies betina yang ditangkap oleh Mr. Bennett pada bulan Agustus 1889.


Sapi maritim Steller
 
Sapi maritim Steller (Hydrodamalis gigas) ialah mamalia sirenia besar yang telah punah dan sebelumnya sanggup ditemukan di pantai maritim Bering di Asia. Sapi maritim Steller ditemukan di kepulauan Komander tahun 1741 oleh penyelidik alam Georg Steller, yang melaksanakan perjalanan dengan penjelajah Vitus Bering. Populasi kecil hidup di air Arktik di sekitar pulau Bering dan didekat pulau Medny. Namun, lantaran kedatangan insan mereka hidup di pantai Pasifik utara.
Populasi sapi maritim ada pada jumlah kecil dan terbatas dikala Steller mendeskripsikan mereka. Steller menyampaikan bahwa mereka ditemukan pada kelompok, tetapi Stejneger memperkirakan terdapat lebih sedikit dari 1500 yang tersisa dan terancam punah lantaran diburu manusia. Mereka dihabisi oleh pelaut, pemburu anjing laut, dan pedagang bulu yang mengikuti rute Bering ke Alaska, yang memburu mereka untuk masakan dan kulitnya yang digunakan untuk menciptakan kapal. Mereka juga diburu untuk lemaknya yang tidak hanya digunakan untuk makanan, tetapi juga sebagai lampu minyak lantaran tidak mengeluarkan asap atau bacin dan sanggup disimpan dalam waktu yang usang pada udara hangat. Pada tahun 1768, kurang dari 30 tahun sapi maritim ini ditemukan, sapi maritim Steller telah punah.
Fosil menunjukan sapi maritim Steller sebelumnya menyebar di pantai Pasifik utara, mencapai Jepang selatan dan California. Tibanya insan merupakan salah satu jawaban kepunahan sapi maritim Steller.

kebanyakan kepunahan binatang disebabkan oleh insan ... jadi mulailah peduli dengan lingkungan jagalah hewan-hewan lantaran kita tidak akan sanggup hidup tanpa binatang dan tumbuhan. ada penelitian yang menyampaikan kalo seandainya cacing saja, ingat cuma cacing hilang di muka bumi ini .. maka bumi tidak akan usang lagi ... dan seandainya insan yang dihilangkan dari muka bumi ini ... maka bumi akan jauh lebih baik dan panjang umur .. 

courtesy : wikipedia

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hewan Yang Telah Punah Gara-Gara Kelakuan Manusia"

Post a Comment