Pak, Saya Benci Ayahku !


SUKA DENGAN POSTINGAN INI ?????
SILAHKAN GABUNG DENGAN KAMI KLIK DISINI


Alkisah suatu ketika, ada seorang anak yang menangis menemui guru kesayangannya. Sang anak rela berjalan jauh mendatangi rumah gurunya tersebut. Anak itu berumur sekitar 12 tahun. Namanya Ade.

“Pak Guru, saya benci pada Ayahku!... Benci sekali!” teriaknya sambil mendekati gurunya.
“Tenang dulu Ade... tenang...” sang guru mencoba menenangkan Ade, anak yang menangis tersedu-sedu, sambil memeluk dirinya.
“Kenapa Ade membenci Ayah? Coba katakan dengan tenang.”
”Pak Guru, Ayah sering membentakku... Ayah sering menjewerku! Baru saja, saya dimarahin... Pokoknya saya benci dia!” jawab Ade sambil menangis.
”Tenang, dulu Ade...”, ucap Gurunya, sambil mengambil sebuah kertas dan pena, yang kemudian di berikan kepada Ade.

”Coba Ade tuliskan di kertas ini, apa saja kekurangan Ayah Ade, semenjak Ade masih kecil sampai sekarang...” kata sang guru kepada Ade. Ade terheran-heran sambil mengusap air matanya. Dia menatap kertas yang disodorkan gurunya.
Perlahan-lahan Ade mulai menuliskannya satu persatu kekurangan Ayahnya. Ayahnya yang suka membentak, suka menjewer dia, dan marah-marah. Dia tulis satu persatu dalam kertas tersebut.

”Sudah Ade?... Kalau sudah, kini coba tuliskan segala kelebihan dan kebaikan Ayahmu, semenjak Ade masih kecil sekali sampai sekarang... Ayo, tuliskan...” pinta gurunya.
Sejenak Ade berfikir, dengan pandangan condong keatas, mencoba mengingat masa lalunya. Hingga satu persatu ia tuliskan kelebihan dan kebaikan ayahnya. Ayahnya yang suka membelikan dia mainan, mengajak bermain di taman, menggendongnya, membelikan es krim, menemaninya belajar, dan lainnya.
”Sudah Ade?” tanya sang guru dengan halus. Adepun menganggukkan kepalanya, sambil menatap wajah sang guru.

”Nah coba perhatikan, ternyata jauh lebih banyak kebaikan dan kelebihan Ayahmu, dibandingkan kekurangan dan keburukan Ayahmu. Lalu kenapa Ade masih membenci beliau? Harusnya Ade, bersyukur kepada Allah, alasannya diberikan Ayah yang mencintaimu.”
”Tahukah Ade, ketika engkau masih berada dalam kandungan ibu. Ayah sangat senang mendengar bahwa dia akan menjadi ayah. Beliau memberitahu kepada seluruh temannya. Dengan gembira dia bercerita bahwa ia akan menjadi bapak. Anak ini Insya Allah akan menjadi anak yang sholeh atau sholehah, mempunyai kegunaan bagi Agama, bangsa dan negara. Itulah kata-kata yang dicapkan Ayahmu kepada teman-temannya”

”Tahukah engkau, ketika ibumu akan melahirkan dirimu? Beliau pontang panting mencari bidan terbaik, biar engkau lahir di dunia ini dengan sehat dan sempurna. Beliau tak peduli berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan. Hingga tiba saatnya dia menangis senang ketika melihat dirimu lahir dengan sehat. Sujud syukur dia lakukan tuk mensyukuri karunia-Nya, sambil berdoa biar dirimu menjadi anak yang sholeh, dan berbakti.”

”Tahukah engkau, ketika engkau masih bayi, Ayahmu dan Ibumulah yang membersihkan kotoranmu. Ketika engkau sulit bernafas alasannya pilek, dia yang menyedot kotoran hidungmu dengan ekspresi beliau...”
”Pasti engkau ingat Ade? Ketika engkau harus sekolah, dia harus membelikan seragam, buku, sepatu, dan lain-lian untukmu. Tahukah engkau Ade, bahwa dia harus hutang sana sini untuk membelikan itu semua. Beliau merelakan bekerja seharian untuk membayar hutang-hutang itu.”
”Lalu, apakah pantas Ade membenci Beliau?” tanya sang guru.

Ade menunduk, dan air matanya mengalir kembali. ”Tidak pantas Pak Guru.” jawabnya lirih sambil tersedu-sedu.

”Nah, pulanglah segera. Pasti dia sedang mencarimu kemana-mana alasannya mengkhwatirkanmu. Minta maaflah kepada Beliau. Dan berjanjilah akan menjadi anak yang sholeh yang berbakti kepada orang tua.”

”Tok... tok... tok... Assalamualaikum!” tiba-tiba terdengar seorang tamu mengetok pintu rumah.
“waalaikum salam!” Pak Guru segera membukakan pintu.
Ade terperanjat kaget melihat seorang laki-laki yang berada di depan pintu itu. Adepun pribadi beranjak bangun dan memeluknya. Ya, tamu itu yakni ayahnya yang sedang mencari Ade. Sang Guru hanya menatap terharu melihatnya mereka berdua berpelukan.

Sahabatku, mungkin kisah ini sama dengan pengalaman kita kepada Ayahanda kita. Mungkin ada diantara kita yang masih membenci Ayah kita, alasannya sikapnya yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Sudahkah engkau mengingat jasa dia kepada kita, sebelum mengingat kekurangan beliau?
Sahabat, ketahuilah... Ayah kita yakni sebaik-baik lelaki yang menyayangi kita. Mungkin sikapnya tidak sesuai dengan keinginan kita. Tapi yakinlah, jangan pernah meragukan, akan ketulusan dan kebesaraan cintanya kepada kita. Yakinlah itu sahabat.



SUKA DENGAN POSTINGAN INI ?????
SILAHKAN GABUNG DENGAN KAMI KLIK DISINI




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pak, Saya Benci Ayahku !"

Post a Comment