Seni Bersyukur Dan Seni Berkomunikasi


Belum sempat Pak Jokomeletakkan tas kerjanya sepulang ke rumah, matanya tertegun melihat sebuahsurat tergeletak di atas meja.

Di sebuah amplop tertulis “Untuk ayah tersayang”

Setelah belasan tahun menjadi single parent, gres kali ini ada surat untuknyadari Elin anak gadisnya. Ada apa ?
Kalimat pertama padasurat itu sudah mengguncang hatinya;
 
Ayah tersayang, bila ayahmembaca surat ini maka saya sudah tidak ada di rumah.
Sekalipun berat Pak Joko melanjutkan bacaan kata demi kata.

Ayah, saya telah menemukanpria yang akan jadi calon Pendampingiku selamanya.
Memang buat orang lain beliau sudah terlalu tua, tapi bagiku laki-laki berusia 43 tahunmasih tetap muda.

Dia sangat energik ayah, kalau ayah mengenal lebih bersahabat dengannya niscaya ayahjuga akan menyukainya.

Ayah jangan terkecoh dengan tato di seluruh tubuhnya atau janggut dan brewoknyayang panjang atau puluhan tindik di pendengaran dan hidungnya, sebab jauh di dalamhatinya ia ialah orang baik.

Ia sangat sayang padaku, dan saya akan kost tidak jauh dari rumahnya....Ohyach....ayah tidak usah kuatir wacana kehidupanku, Aku akan bekerja di sebuahtoko swalayan yang kebetulan pemiliknya ialah teman dari kekasihku ini. 
Ayah jangan bersedihkarena saya senang dengan kehidupan menyerupai ini, Usiaku sudah 18 tahun.....jadiaku sanggup memutuskan yang terbaik untuk hidupku.....percayalah...ayah, saya bisamenjaga diri.

Nanti bila waktunya tibaaku akan tiba bersama kekasihku untuk mohon restu kepada ayah biar dapatmenikahkan kami.

Tanpa sadar, air matasang ayah menetes jatuh ke lembar surat itu.
Bagaimana mungkin anaknya yang lucu dan periang sanggup menjadi menyerupai ini ?
Lembar pertama surat pertama gres saja tamat dibacanya.

Tangan sang ayahbergetar, berat rasanya, tapi ia membuka lembar kedua surat itu.
Kali ini isinya jauh berbeda.

Ayah sayang,

Maaf, bergotong-royong surat di halaman pertama tadi tidak benar-benar terjadi.
Saya hanya ingin menggambarkan betapa kemungkinan terburuk sanggup terjadi padaanak-anak gadis, dan syukurlah saya tidak demikian.

Ayah senang bukan, kalau saya tetap bersama ayah?

Ayah senang bukan, dan tidak ingin tidak menghancurkan diriku menyerupai itu?
Tentu saja, memiliki anak yang rapornya jelek, jauh lebih menguntungkandaripada memiliki anak menyerupai itu.

Oh iya Ayah, raporku ada di dalam tas, nilainya jelek, maaf ya.
Silahkan ayah lihat, jangan lupa ditandatangani.

Besok guru ingin bicara dengan ayah wacana nilai raporku, jangan murka ya.
Kalau ayah tidak murka melihat nilai raporku, saya sedang bermain di rumahsebelah, saya tunggu yah?

Love you Daddy.

“Eliiiiiiiiin……….!” PakJoko berteriak dan lari ke rumah tetangganya, ia akan mengitik
habis anaknya yang‘keterlaluan’ itu.
Lega rasanya hati PakJoko. Konyol tapi melegakan.

Tidak menyerupai kebanyakan ayah yang murung melihat rapor anaknya yang buruk, hatiPak Joko justru berbunga-bunga sebab ia tidak kehilangan anaknya.
Memang kali ini, keterlaluan sekali becanda anak gadisnya!

Sebenarnya Elin hanyaingin biar ayahnya tidak murka melihat rapornya yang buruk, untuk membuatmasalah rapor buruk terlihat kecil ia menciptakan citra problem besar yangmungkin terjadi sehingga problem yang ada jadi terlihat kecil.

Ini bergotong-royong adalahseni bersyukur dan seni berkomunikasi dengan diri.
Kalau Anda inginbersyukur atas kesulitan yang kita terima maka kita sebaiknya membayangkankesulitan lebih besar yang mungkin sanggup kita alami. Dengan demikian kita bisamenghindari diri dari stres atau kegalauan yang berkepanjangan.
Masalah kekecewaan hatiatau rasa tidak bersyukur biasanya tidak bekerjasama dengan uang tapi lebihkarena penerimaan hati.

Orang yang tidak bersyukur biasanya FOKUS PADA YANG TIDAK DIPUNYAI sedangkanORANG BERSYUKUR FOKUS PADA YANG DIMILIKI.
Kita sanggup melihat anakkampung senang main layang layang yang 1 set berharga tidak lebih dari Rp 5000.

Tapi anak orang kaya ngambek pada orang tuanya padahal gres dibelikan pesawatremore control seharga 5 juta. Kenapa? Karena anak kaya itu suka dengan yangmodel gres seharga 15 juta.
Ada anak kaya yangngambek pada orang tuanya sebab link internet putus satu hari sebab lupabayar bulanan, padahal ia sudah beruntung sanggup mengakses internet selama 29hari sebelumnya.
Memang apa yang dilakukanElin pada Ayahnya Pak Joko agak keterlaluan, tapi itu citra dramatis tentangbagaimana sanggup menciptakan diri kita bersyukur apa adanya.


sumber : dari blog pak agus...^_^

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Seni Bersyukur Dan Seni Berkomunikasi"

Post a Comment