Bukti Kebenaran Hadis Nabi : Jangan Memukul Dalam Mendidik Anak


Diceritakan oleh Muawiyah bin Salih, ada lelaki tiba menemui Rasulullah Nabi Muhammad SAW kemudian berkata: "Wahai Rasulullah, jago keluargaku tidak taat kepadaku. Apakah yang patut saya gunakan untuk menghukum mereka?". Lalu Rasulullah berkata : "Maafkanlah saja". Kemudian Rasulullah SAW menyebut hal yang sama pada kali kedua bahkan juga pada kali ketiganya. Seterusnya Rasulullah menyampaikan : "Jika kau perlu menghukum, hukumlah mengikuti kadar kesalahan yang dilakukannya dan jauhilah dari memukul pada bab muka" (Hadis riwayat at-Tabrani)


Ingat, di dalam agama Islam, baik perintah & larangan dari Allah SWT di dalam Al-Quran & Rasul Nabi Muhammad SAW di dalam sunnahnya niscaya ada makna, manfaat & hikmah yang tersurat & tersirat di dalamnya. Ketika kita mendidik anak, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk bersabar. Kalau pun kita menghukum anak kita dengan tujuan mendidiknya & mendisiplinkannya maka jauhilah memukulnya. Ternyata, memukul anak sanggup membuat kepribadian yang jelek bagi sang anak, hal itu sanggup dibuktikan secara ilmiah oleh ilmu pengetahuan sebagaimana yang diberitakan oleh 'Daily Mail'.

'Daily Mail', koran harian di Inggris, pada tanggal 21 October 2013, mempublikasikan isu perihal memukul anak memicu sang anak bergairah dan berperilaku buruk. Berita ini sanggup dilihat di http://www.dailymail.co.uk/health/article-2470170/Smacking-children-occasionally-make-aggressive-trigger-bad-behaviour.html


Inilah isu di 'Daily Mail' tersebut :

Sepertinya sudah menjadi pikiran logis bagi orang bau tanah bahwa dengan memukul (tidak keras) anak yang bandel membantu anak2 tersebut tidak keluar jalur (berkepribadian sesuai norma dan aturan yang berlaku) - tetapi penelitian terbaru mengambarkan bahwa hal itu justru memperburuk kepribadian sang anak.

Para peneliti menemukan bahwa anak2 yang dipukul orang tuanya pada umur 5 tahun, anak2 tersebut akan menjadi bergairah dan tidak mematuhi aturan ketika mereka memasuki sekolah dasar.

Penelitian ini diketuai oleh Michael MacKenzie dari 'Columbia University' di kota New York, Amerika Serikat. Penelitian panjang ini melibatkan 1.900 anak di sebuah kota di Amerika Serikat antara tahun 1998 sampai tahun 2000.

Para peneliti ini mensurvey kelakuan orang bau tanah bagaimana dan seberapa sering para orang bau tanah ini memukul anak2 mereka ketika anak2 mereka berumur 3 dan 5 tahun.

Kemudian para peneliti ini menanyakan pada ibu2 anak2 tesebut perihal dilema sikap anak2 mereka ketika anak2 mereka ketika ini berumur 9 tahun. Para peneliti ini juga memperlihatkan tes perbendaharaan kata ('vocabulary') kepada anak2 objek penelitian ini.

Dengan jumlah 57 % dari para ibu dan 40 % dari para ayah, menyampaikan bahwa para orang bau tanah ini memukul anak2 mereka ketika berusia 3 tahun.

Survey juga mengambarkan bahwa 52 % dari para ibu dan 33 persen dari ayah mengaku memukul anak2 mereka ketika berusia 5 tahun.

Anak2 yang dipukul orang tuanya pada umur 5 tahun akan lebih bandel dan lebih bergairah dibandingkan anak2 yang dipukul pada usia 3 tahun, hal ini berlaku pada 2 keadaan yaitu sering dipukul atau kadang2 dipukul.

Ketika dipukul ibu sedikitnya 2 kali dalam seminggu akan meningkatkan 2 poin peningkatan dengan skala maksimal 70 poin untuk mengukur dilema sikap anak.

Tidak ada kekerabatan antara dipukul orang bau tanah pada umur 3 tahun dengan sikap anak2 ini pada masa kehidupannya kemudian.

Anak2 berkecenderungan menghasilkan nilai yang lebih rendah pada tes perbendaharaan kata ('vocabulary') ketika anak2 ini sering dipukul ayah mereka ketika anak2 ini berusia 5 tahun. Profesor Michael MacKenzie (profesor wanita dengan nama panggilan Gershoff). MacKenzie beserta tim penelitinya mempublikasikan temuannya di jurnal 'Pediatrics'.

Rata2 nilai tes perbendaharaan kata ('vocabulary') dari seluruh anak2 objek penelitian yang semuanya berumur 9 tahun yaitu 93, sedikit dibawah nilai standar pada umumnya yaitu 100. Ayah2 yang sering memukul anak2nya akan menghasilkan nilai tes 4 poin lebih rendah bagi anak2nya.

Gershoff menyampaikan "Saya tidak berpikir bahwa pukulan itu membuat anak lebih bodoh".

Gershoff menyampaikan adanya kemungkinan bahwa orang bau tanah yang memukul anaknya tidak menjalin komunikasi secara sering dengan anak2nya.

"Kita tahu bahwa memukul atau berteriak (memaki2) anak bukan cara yang baik untuk mendisiplinkan anak" Gershoff menambahkan

Gershoff menyampaikan kepada 'Reuters Health' : "Dengan memukul anak, seolah2 orang bau tanah ingin menyampaikan kepada anaknya bahwa jalan memecahkan dilema yaitu kau sanggup memukul orang lain dan sanggup apa yang kau inginkan"

"Ketika (anak2) inginkan mainan anak2 lain, orang bau tanah tersebut tidak mengajarkan anaknya bagaimana memakai kata2 mereka atau bagaimana bernegosiasi" Gershoff menambahkan

Profesor MacKenzie menyampaikan bahwa memukul tampaknya cara yang efektif para orang bau tanah dalam jangka pendek dan tampaknya sulit untuk mengubah jalan pikiran orang bau tanah semoga tidak memukul anaknya.


Kesimpulan :
Sunah Nabi Muhammad SAW yang mengharuskan kita bersabar mendidik anak ternyata ada manfaatnya. Ketika Rasulullah menyampaikan di dalam hadis di atas "Maafkanlah saja" berarti kita sebagai orang bau tanah harus bersabar dalam menghadapi kelakuan anak kita yang nakal.

Kalaupun anak kita nakal, Nabi Muhammad SAW berpesan semoga kita dihentikan memukulnya. Memukul anak bagi orang bau tanah memang ditujukan mendidik dan mendisiplinkan sang anak tetapi ternyata berdasarkan penelitian yang di publikasikan 'Daily Mail' di atas ternyata akan menghasilkan anak yang agresif, berkepribadian jelek dan tidak mematuhi peraturan. Dengan memukul anak, hal ini akan membentuk jiwa yang "keras" di dalam diri sang anak, semuanya dilakukan dengan kekerasan. Anak menjadi lebih bandel daripada sebelumnya. Hal ini akan membentuk kpribadiannya sampai sang anak dewasa.

Pada ketika sang anak dewasa, sang anak yang dididik dengan cara kekerasan menyerupai ini akan semakin sulit diberikan nasihat. Kalau anak kita nakal, didiklah dengan lemah lembut, dengan nasehat yang baik, dan suri tauladan yang baik. Bukankah buah tidak jauh dari pohonnya? Bukankah anak kecil selalu mengikuti kelakuan orang tuanya? Kalau kita berkelakuan baik, sabar, lemah lembut dan menjadi referensi yang baik bagi anak kita maka Insya Allah, anak kita akan berkepribadian baik nantinya.


Inilah isu aslinya di 'Daily Mail' itu

http://www.dailymail.co.uk/health/article-2470170/Smacking-children-occasionally-make-aggressive-trigger-bad-behaviour.html

Smacking children even occasionally can make them more aggressive and trigger bad behaviour

.Children who were smacked as five-year-olds were slightly more likely to be aggressive and break rules later in primary school
.Experts say smacking doesn't teach children how to negotiate


It's long been thought that smacking a naughty child will help keep them in line - but a new study suggests it might do more harm than good.

Researchers found children who were smacked as five-year-olds were slightly more likely to be aggressive and break rules later in primary school.

Despite mounting evidence on the harms tied to it, it is 'still a very typical experience' for children, the study's lead author said.

'Most kids experience spanking at least some point in time,' Michael MacKenzie, from Columbia University in New York, said. 'So there's this disconnect.'

His team used data from a long-term study of children born in one of 20 U.S. cities between 1998 and 2000. The new report includes about 1,900 children.

Researchers surveyed parents when children were three and five years old about whether and how often they smacked their child.

Then they asked mothers about their child's behaviour problems and gave the children a vocabulary test at age nine.

A total of 57 per cent of mothers and 40 per cent of fathers said they smacked children when they were three years old.

That fell slightly to 52 per cent of mothers and 33 per cent of fathers who smacked at the age of five.

Children were more misbehaved and were more aggressive when they had been smacked by their mothers as five-year-olds, whether regularly or occasionally.

Spanking by mothers at least twice a week was tied to a two-point increase on a 70-point scale of problem behaviour.

That was after the researchers took into account children's behaviour at younger ages and other family characteristics.

There was no link between smacking by parents at age three and children's later behaviour, however.

Chidlren also tended to score lower on vocabulary tests when they had been regularly spanked by their fathers at age five, MacKenzie and his colleagues write in Pediatrics.

The average vocabulary score for all nine-year-olds in the study was 93, slightly below the test-wide standard score of 100. Frequent spanking by fathers was linked to a four-point lower score. But the researchers couldn't be sure that small difference wasn't due to chance.

Gershoff said the finding is a bit hard to interpret. 'I don't think that spanking makes kids stupider,' she said.

It's possible that parents who are spanking are not talking to their children as often, Gershoff said. Or kids who are spanked and act out could be more distracted in the classroom.

When it comes to disciplining children, she said there's more evidence on what doesn't work long-term than what does.

'We know that spanking doesn't work, we know that yelling doesn't work,' Gershoff said. 'Time out is kind of a mixed bag. We know that reasoning does work.'

She told Reuters Health. 'Spanking models aggression as a way of solving problems, that you can hit people and get what you want.

'When (children) want another kid's toy, the parents haven't taught them how to use their words or how to negotiate.'

Professor MacKenzie said spanking continues to seem effective to parents in the short term, which makes it hard to change their minds about it.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bukti Kebenaran Hadis Nabi : Jangan Memukul Dalam Mendidik Anak"

Post a Comment