Keadilan

Diantara kita, masuk akal kalau ada yang masih mempertanyakan, mengapa kalimat "adil dan makmur" senantiasa disimpan ke dalam keinginan ideal yang harus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di negeri ini ?  Logis juga kalau masih ada yang mempersoalkan perbedaan antara makna keadilan dan hakekat kemakmuran. Bahkan kita tidak perlu kaget, sekira nya masih banyak orang yang menyatakan bahwa masyarakat yang adil dan makmur itu pun yakni sesuatu yang utophis.

     Dalam semangat pembangunan ekonomi yang sekarang dipakai sebagai "pisau analisis" pembangunan di banyak negara, kata adil cenderung akan dikaitkan dengan kualitas pemerataan sedangkan kata makmur akan dihubungkan dengan kualitas pertumbuhan yang dicapai. Suasana keadilan diukur oleh semakin berkurang nya jurang kehidupan antara penikmat pembangunan dengan korban pembangunan, sedangkan suasana kemakmuran sanggup diamati dari angka pertumbuhan ekonomi yang sanggup diraih nya selama periode tertentu.

     Mencermati perjalanan pembangunan yang kita lakoni selama ini, secara sadar harus kita akui, yang nama nya keadilan terekam masih menyerupai mimpi. Kata keadilan lebih indah dijadikan perihal ketimbang dibuktikan dalam kehidupan nyata. Pola politisi lebih bahagia menimbulkan kata keadilan sebagai jargon politik untuk merebut simpati rakyat. Bahkan para perencana pembangunan pun, baik melalui perencanaan jangka panjang mau pun menengah, terlihat lebih menyimpan kata keadilan sebagai sasaran simpulan dari proses pembangunan yang dilakukan.

      Marak nya tekanan untuk membuat suasana hidup yang berkeadilan, menendang jauh-jauh sifat keserakahan (greed economic), sebetul nya telah mengemuka semenjak lama. Seluruh pemimpin dunia sepakat, pembangunan yang ditempuh harus sanggup dinikmati oleh seluruh warga bangsa. Berbagai LSM kerapkali menekan Pemerintah semoga seni administrasi pembangunan yang dipilih tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi belaka. Pemerintah sudah seharus nya pula memberi bobot yang seimbang terhadap pembangunan sosial dan budaya. Ukuran keberhasilan pembangunan, tidak lagi hanya dilihat dari nilai-nilai ekonomi, tapi juga perlu diserasikan dengan nilai-nilai kemartabatan manusia.

     Dimensi keadilan dalam pembangunan sendiri, sebaik nya menerima kawasan tersendiri dalam kamus umum perencanaan pembangunan. Cita-cita untuk mewujudkan suasana adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan, penting dijadikan "tujuan bersama" (common goals) pembangunan. Mengacu pada hal yang demikian, akan sangat relevan bila skenario pembangunan yang dirumuskan, dihentikan lepas kaitan nya dengan spirit utama bangsa kita, sebagaimana yang diamanatkan dalam Alenia ke 4 Pembukaan Undang Undang Dasar Tahun 1945.

     Kini duduk kasus nya sudah mulai terungkapkan. Keadilan memang masih berupa mimpi. Sekali pun banyak negara dan bangsa yang berkeinginan semoga rakyat nya sanggup hidup adil dan makmur, ternyata dalam kenyataan nya belum sanggup dibuktikan. Menciptakan keadilan rupa nya tidak semudah kita membolak-balikan telapak tangan. Tidak juga segampang para pegawai negeri menanda-tangani slip honor setiap bulan nya. Keadilan yakni mimpi yang tidak sederhana untuk diraih, kendati pun masih terbuka peluang untuk menggapai nya.

Salam,


courtesy : SUARA RAKYAT (FB)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Keadilan"

Post a Comment